Komisi X DPR Minta Wacana Sekolah Sehari Penuh Dikaji Matang

DPR
Anggota DPR RI Reni Marlinawati.
Rep: Eko Supriyadi Red: Angga Indrawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi X Reni Marlinawati menilai, wacana sekolah Full Day yang disuarakan Mendikbud Muhadjir Effendi harus dikaji dengan matang dan melalui pertimbangan atas dampak yang akan muncul. Karena jika  Full Day School harus dipertimbangkan matang di antaranya soal guru.

Menurutnya, semakin lama guru di sekolah, maka semakin sedikit melakukan evaluasi belajar serta semakin sedikit waktu untuk merencanakan program pembelajaran di hari berikutnya. "Saya tidak bisa membayangkan, alangkah repotnya guru-guru tersebut. Berangkat pagi, pulang jam 18.00 sore. Sampai di rumah sudah sangat capek belum lagi memeriksa tugas anak-anak dan menyiapkan rencana pembelajaran hari berikutnya," kata Reni, kepada wartawan, Selasa (9/8).

Selain itu, Reni juga menyoroti bagaimana dengan ketersediaan fasilitas sekolah untuk menunjang program 'full day'. Seperti fasilitas olahraga, fasilitas tempat mengaji dan fasilitas penunjang untuk program full day lainnya.  Ia mempertanyakan apakah semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai walaupun itu di sekolah negeri. Bahkan di dapilnya sendiri masih ada SDN lantainya masih dari tanah.

"Hal-hal teknis seperti ini terkait dengan ketersediaan fasilitas untuk program Full Day akan menjadi persoalan serius," ucap dia.

Reni menambahkan, sebagai umat Islam tentu senang, bila program 'Full Day' ada alokasi untuk belajar mengaji. Namun masalahnya anak sekolah tidak hanya dari masyarakat muslim. Argumentasi mengaji di sekolah untuk menangkal paham radikalisme, hal tersebut merupakan simplifikasi terhadap persoalan. Ia menyatakan, harus ada kajian dan penelitian tentang semakin banyak anak mendapat pelajaran di sekolah, apakah kelak saat lulus sekolah akan menjadi anak yang kompeten, mandiri, adaptif terhadap perkembangan zaman.

Keberhasilan anak bukan terletak seberapa besar nilai yang diraih. Namun bagaimana anak memiliki sikap percaya diri, keberanian serta adaptif terhadap lingkungan. "Harus diingat,
anak memiliki  tiga lingkungan yakni di rumah, sekolah dan masyarakat. Kalau anak hanya hidup di lingkungan rumah dan sekolah sedangkan lingkungan masyarakat sedikit tentu akan merepotkan bagi anak," jelasnya.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler