Daerah Diminta Kembangkan Merek Lokal

Republika/Agung Supriyanto
Pengunjung melihat proses pembuatan siomay dalam pameran Gerakan Beli Indonesia di Gedung Smesco, Jakarta, Senin (3/10).
Rep: Eko Supriyadi Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Wakil Ketua Komisi X DPR RI Fikri Faqih meminta pemerintah daerah untuk lebih memerkenalkan dan mengembangkan potensi produk -produk unggulan di wilayahnya dengan merek lokal. Sebab selama ini, kata dia, merek impor sudah banyak dibesarkan, sedangkan merek lokal malah terbenam.

Fikri menambahkan, kualitas produk lokal sebenarnya bagus, hanya mereknya yang kalah bersaing dibanding merek impor.  ''Padahal pembuatnya sama, made in Indonesia,'' ucap Fikih, dalam siaran persnya, Rabu (15/3).

Dia menuturkan, merek -merek terkenal yang menguasai dunia dengan harga yang tentunya fantastis pernah dicetak dengan tulisan 'made in Indonesia'.  Hal itu menunjukkan bahwa kualitas pekerja dan buatan dalam negeri  sudah diakui dunia.  

Sayangnya, lanjut dia, merek impor tersebut sudah mengalihkan pabriknya ke negeri tetangga, seperti Vietnam. Pemindahan tersebut karena dianggap biaya pekerja dan produksinya lebih murah.  ''Itulah akibatnya bila masyarakat cuma jadi komoditas, tidak punya hak atas merek,'' kata dia.

Dia mencontohkan, Tegal disebut dengan Jepangnya Indonesia. Karena hal yang menyangkut permesinan dan suku cadang dari logam bisa dibuat di Tegal. Tapi sayangnya, tidak ada merek mobil atau motor dari Tegal.

''Ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah agar mengoptimalkan potensinya,'' ujarnya.

Oleh karena itu, Fikri berharap Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)  RI dapat terus memberikan pendampingan kepada seluruh pelaku usaha kreatif agar dapat menemukan solusi permodalan serta menularkan ilmunya kepada yang lain.

Diketahui, dalam seminar yang diselenggarakan oleh Bekraf RI di Tegal, Jawa Tengah, beberapa hari kemarin, Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) RI Fajar Hutomo menuturkan beberapa produk dengan merek dunia, memang sudah di produksi di dalam negeri.  

Misalnya, beberapa merek sepatu dan tas terkenal yang dipasarkan di Eropa.  ''Tapi tidak ada yang merek sendiri, semua milik asing,'' sebut Fajar.


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler