Hasil Penelitian Bernilai Ekonomi Kreatif Bisa Diindustrikan

DPR RI
Anggota Komisi X DPR RI Nuroji
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak kegiatan ekonomi yang bisa dikelola oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), terutama kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan masyarakat banyak, seperti usaha-usaha kecil yang dilakukan oleh kaum muda yang bidangnya juga sangat luas. Seperti halnya dibidang kuliner, fashion, dan lain sebagainya.

Demikian dikatakan Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Nuroji disela-sela Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Badan Ekonomi Kreatif di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (14/6). Menurutnya pengembangan di bidang kuliner juga cukup menjanjikan, dengan berbagai macam jenis, bentuk dan varian dari olahan produk makanan ringan.

"Oleh karenanya saya mendorong agar adanya kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi yang melakukan berbagai kegiatan yang dapat digolongkan  dalam ekonomi kreatif, karena disana banyak sekali hasil-hasil penelitian yang belum di industrikan atau dibuat produknya,” ujar Nuroji.



Menurutnya, bila produk hasil penelitian perguruan tinggi tersebut dapat dilepas atau dijual ke industri, maka sangat bagus sekali. Hal itulah yang perlu digali oleh Bekraf untuk menumbuhkan sektor ekonomi kreatif seperti kuliner itu.

Namun ada juga sektor kegiatan yang belum jelas pengkategoriannya, apakah termasuk ke dalam sektor industri rumahan atau industri kreatif dan industri kecil, lanjutnya. Seperti usaha industri dibidang logam yang terdapat di daerah Tegal, dimana di sana dibuat berbagai macam barang, mulai dari cangkul sampai dengan onderdil mobil.

“Nah ini termasuk dalam industri apa, ini harus diperjelas supaya tidak tumpang tindih program antara Kementerian Perindustrian dengan Bekraf. Bila termasuk dalam Bekraf, maka perlu dikembangkan juga segi pemasarannya terutama kepada industri besar. Sementara dengan Kementerian Dalam Negeri juga perlu dibangun kerjasama dalam hal menetapkan kebijakan daerah soal siapa counterpart atau dengan dinas mana yang menjadi counterpart bagi ekonomi kreatif didaerah itu,” ujarnya.

Nuroji mengatakan, kalau nanti pada konsepnya industri kecil menjadi bagian dari industri kreatif, maka komponen-komponen kecil pendukung sebuah produknya bisa dibuat oleh industri rumahan seperti yang telah diterapkan di negara Cina. Hal itulah yang bisa menumbuhkan sektor industri kreatif.

Selain itu ada pula jenis kegiatan perdagangan yang aktif dan besar nilainya, yakni perdagangan dibidang barang antik, jadul, dan vintage, tambah Nuroji. Yang termasuk dalam kategori antik adalah yang bersifat klasik dan bernilai sejarah, sedangkan kategori barang jadul belum tentu antik, tetapi hanya mengandung nilai sejarah saja. Sementara untuk kategori barang vintage adalah yang mengandung kedua unsur tersebut.

“Di luar negeri, barang vintage menjadi satu produk unggulan yang dimasukan dalam ekonomi kreatif. Sedangkan di negara kita hal ini masih belum dilakukan. Ini perlu dimasukan dalam kategori ekonomi kreatif, karena bisa jadi hal yang menarik dan banyak peminatnya. Pemerintah bisa menyiapkan pasar-pasar yang menjual produk-produk itu dan bisa dikelompokan dalam satu rumpun dengan pasar seni,” katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler