Sistem 144 SKS Dinilai Terlalu Bebani Mahasiswa
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Tim kunjungan kerja spesifik Komisi X DPR dalam kunjungannya ke Provinsi Jawa Tengah menerima keluhan banyaknya Sistem Kredit Semester (SKS) yang harus dicapai mahasiswa untuk menyelesaikan masa perkuliahan. Beban SKS yang mencapai 144 ini dinilai terlalu berat dan menghambat kreativitas mahasiswa.
Hal itu mengemuka saat pertemuan Tim Kunspek Komisi X DPR dipimpin Abdul Fikri Faqih di Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah Kamis (15/6). Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga John A.Titaley mengungkapkan, sistem 144 SKS tersebut terlalu membebani mahasiswa dan dosen sehingga mahasiswa tidak bisa mengeluarkan kemampuannya dengan baik. Selain itu, dosen juga tidak bisa melakukan penelitian untuk meningkatkan kualitas mengajar.
Menanggapi hal itu Ketua Tim Kunspek Abdul Fikri Faqih mengatakan dengan beban 144 SKS selama 4 tahun, jika dibagi berarti dalam sepekan mahasiswa harus belajar selama 54 jam. Padahal di kampus luar negeri dalam sepekan hanya 36 jam. Dosen juga dibebani dengan banyak waktu mengajar sehingga waktu dosen untuk membuat penelitian berkurang.
“Pantas lulusan luar negeri lebih kreatif dan lebih banyak melakukan penelitian, karena mereka punya space waktu. Kita akan mengevaluasi sistem ini dengan Menteri Ristek dan Dikti,” kata politisi PKS ini.
Sedangkan anggota Tim Kunspek Mujib Rohmat menyoroti pemerintah yang tidak memiliki blue print jangka panjang untuk pendidikan, seiring pergantian menteri berbeda pula program yang dibuat sehingga membebani peserta didik. Ia juga menyoroti pendirian kampus politeknik yang seharusnya didirikan sesuai dengan kebutuhan industri yang ada di sekitar kampus tersebut, sehingga ketika lulus kuliah mahasiswa dapat dengan mudah mendapatkan pekerjaan dan berperan membangun ekonomi di daerahnya.
Hadir pula dalam acara ini rektor-rektor kampus di Jawa Tengah meliputi Rektor Undip, Rektor Unsoed, UNS, Unes, Universitas Tidar, ISI Surakarta, Poltek Negeri Semarang, Poltek Maritim, Poltek Negeri Cilacap, Unkris Salatiga, Universitas Sultan Agung, Untag, Universitas Muria Kudus dan Universitas Pekalongan.