Mengakrabkan Diri dengan Suhu Udara di Moskow

Meski sedang musim panas, udara dingi di Moskow tetap terasa hingga ke tulang.

Republika/Citra Listya Rini
Kota Moskow, Rusia, pada Sabtu (16/6) siang.
Rep: Citra Listya Rini Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW  --  Piala Dunia 2018 bukan hanya menjadi tantangan bagi para pesepak bola di lapangan hijau. Awak media peliput Piala Dunia edisi ke-21 ini pun memiliki beragam tantangan selama di negeri Beruang Merah. 


Tantangan yang harus dihadapi di antaranya cuaca di Moskow. Bagi orang Indonesia seperti saya, yang terbiasa dengan udara panas, suhu dingin di Moskow menjadi tantangan yang harus ditaklukkan. 

Sejatinya, periode Juni sampai Agustus adalah musim panas di Rusia. Namun, faktanya, musim panas di Moskow berbeda dengan musim panas di Tanah Air. 

Sinar matahari seakan tidak berpengaruh ke tubuh saya karena udara dingin tetap terasa hingga ke tulang. Belum lagi semilir angin dingin yang mau tidak mau harus membuat saya selalu mengenakan jaket dan syal. 

Sejak menjajakkan kaki di Moskow pada Selasa (12/6) petang waktu setempat, saya coba mengakrabkan diri dengan cuaca di sini. Ketika saya tiba di Moskow, suhu menunjukkan 12 derajat celcius, tetapi setiap harinya suhu udara berubah. 

Pada pagi dan malam hari, rata-rata suhu udara di Rusia sekitar 11-12 derajat celcius. Namun, suhu langsung berubah pada siang hari karena sang surya menyinari Kota Moskow. 

Temperatur pada siang hari menjadi suhu paling nyaman buat tubuh saya, yakni di atas 20 derajat celcius. Ini terhitung sangat cerah, kata warga Moskow yang saya temui. 

Berbekal beberapa kali ke negara Eropa, sebetulnya suhu dingin di Moskow sebenarnya bukan hal baru buat saya. Namun, kehidupan sehari-hari di Jakarta dengan suhu udara 27-29 derajat celcius otomatis membuat saya harus kembali mengakrabkan diri dengan temperatur udara di bumi bagian utara. Untuk kali ini, dengan cuaca Moskow. 

Bagi warga Moskow suhu udara di bawah 20 derajat celcius bukan sesuatu yang asing. Pun, ketika suhu udara yang kononnya bisa mencapai minus 30 derajat celsius di negeri yang dulu bernama Uni Soviet itu. 

Jadi, tidak heran saya melihat di antara warga Moskow yang cuek mengenakan rok atau celana pendek, baju berbahan tipis all you can see, atau tanpa jaket cukup tebal sekilipun melilit tubuh pada bulan Juni.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler