Bos ADB Nilai Ekonomi Indonesia Masih Sehat di Tengah Corona
ADB mengingatkan agar Indonesia tetap waspada dengan segala downside risk yang masih ada sampai akhir tahun.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa menilai, ekonomi Indonesia masih memiliki kinerja baik di tengah dinamika ekonomi global saat ini. Khususnya di saat ekonomi banyak negara mengalami perlambatan akibat penyebaran virus corona.
Tapi, ia menekankan agar Indonesia juga tetap waspada dengan segala downside risk yang masih ada sampai akhir tahun. Asakawa mengatakan, optimisme itu dikarenakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang banyak disumbangkan oleh faktor domestik, yakni konsumsi rumah tangga dan investasi.
"Bagaimanapun, perekonomian Indonesia masih sangat sehat dan kuat, sumbernya dari konsumsi," ujarnya ketika ditemui di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Selasa (3/3).
Asakawa turut mengapresiasi kinerja pemerintah Indonesia yang mengambil langkah waspada serta antisipatif dalam mengambil kebijakan makroekonomi maupun manajemen fiskal. Kombinasi ini mampu mendorong pertumbuhan ekonomi domestik di tengah situasi wabah virus corona serta isu terkait tekanan global.
Tapi, Asakawa juga mengingatkan kepada pemerintah untuk terus mengantisipasi dampak corona. Virus ini berpotensi menekan perekonomian Indonesia, terutama pada sektor pariwisata mengingat wisatawan China berkontribusi besar terhadap Indonesia.
"Dari sisi bisnis, produksi dan rantai suplai juga harus diperhatikan," katanya.
Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, pemerintah bersama otoritas keuangan akan melaksanakan kebijakan stimulus moneter dan fiskal yang saling memadai untuk menghadapi dampak virus corona terhadap ekonomi Indonesia.
Suahasil menjelaskan, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sudah melakukan diskusi mendalam dengan pihak terkait seperti Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Masing-masing pihak melakukan kebijakan sesuai dengan mandat tiap institusi.
"Moneter sudah ambil kebijakan, sementara fiskal sudah ada paket stimulus yang diberikan ke sektor-sektor terkena impact dan OJK melihat potensi dampaknya ke sektor keuangan," tuturnya.
Suahasil menyebutkan, situasi penyebaran corona di dunia masih terus berlanjut, meskipun di China sebenarnya sudah menurun. Sebab, negara lain baru mulai muncul kasus positif corona. Sebut saja di Italia, Korea Selatan dan terbaru di Indonesia.
Untuk menghadapi situasi yang belum berhenti ini, Suahasil menambahkan, pemerintah masih akan terus memantau dampak corona ke situasi ekonomi Indonesia. Baik itu efek ke kinerja perdagangan melalui aktivitas ekspor-impor hingga pergerakan wisatawan mancanegara.
Suahasil menjelaskan, pihaknya juga terus melakukan comparing notes atau membandingkan catatan dan perkiraan yang dimiliki Kemenkeu bersama dengan OJK, BI dan LPS. Mereka juga melakukan assessment dengan lembaga internasional seperti International Monetary Fund (IMF) maupun Organisation for Economic Co-operation and Development (Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi/ OECD).
Dari berbagai catatan itu, Suahasil mengatakan, pihaknya mencapai satu kesimpulan. Yaitu, pertumbuhan ekonomi global turun yang tentu akan berdampak ke Indonesia.
"Ini juga jadi perhatian kita, terutama lewat ekspor impor. Kita banyak impor dari China untuk produksi. Kalau stop di sana, ya tidak bisa masuk lagi dan produksi kita akan terkena," katanya.
Di sisi lain, banyak juga komoditas yang diekspor Indonesia ke China. Ketika ekonomi di sana melambat, tingkat permintaan China terhadap produk Indonesia pun ikut turun, sehingga kinerja ekspor terganggu.