Mengapa Imported Case Corona Bisa Lolos Pemeriksaan Bandara?
Sebanyak 12 dari 27 pasien positif corona dikategorikan sebagai imported case.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Andri
Per Selasa (11/3), sudah ada 27 pasien positif korona (Covid-19) yang diumumkan pemerintah. Dari jumlah tersebut, ada 12 pasien yang penularannya diketagorikan sebagai imported case alias dibawa dari luar negeri. Pertanyaan yang muncul kemudian, bagaimana bisa pasien tersebut lolos pemeriksaan di bandara?
Juru Bicara Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menjelaskan, lolosnya pasien yang sebetulnya 'membawa' virus corona bisa saja terjadi dalam pemeriksaan suhu tubuh di bandara. Alasannya ada dua hal. Pertama, menurut Yuri, pasien tersebut masih dalam masa inkubasi virus sehingga gejala penyakit seperti demam belum muncul.
"Atau kedua, sebenarnya sudah muncul gejala yang ringan tetapi dalam pengaruh obat. Misalnya dia merasa flu tapi dia bisa beli obat flu pasti ada obat penurun panas dalam obat flu. Pasti panasnya akan turun sehingga tak terdeteksi," jelas Yuri di Kantor Presiden, Selasa (11/30).
Kendati begitu, Yuri memastikan bahwa pengetatan pengawasan di pintu-pintu masuk tetap dilakukan. Selain melakukan pemeriksaan suhu tubuh, petugas bandara juga meminta setiap pendatang untuk mengisi Health Alert Card. Dokumen ini diguanakan petugas medis bila muncul gejala Covid-19 terhadap pendatang tersebut.
"Health alert card dan ini yang menjadi sangat berfungsi karena dia menyadari betul dari daerah yang berisiko dan dia datang ke Tanah Air dan merasakan sakit, maka dia membawa kartunya ini datang ke rumah sakit dan kami lakukan tracing," jelas Yuri.
Pada hari ini, Yuri mengumumkan tambahan jumlah kasus positif corona, sehingga tercatat total 27 orang positif Covid-19. "Kemarin kita sudah mengumumkan pasien kode 01-19, dan ada penambahan delapan pasien," kata Yuri.
Yurianto memerinci kode pasien yang terkonfirmasi positif yaitu pasien kasus 20, perempuan berusia 70 tahun, WNI, bagian dari tracing subklaster Jakarta, Pasien kasus 21, perempuan, 47 tahun, WNI, bagian dari tracing subklaster Jakarta, lalu pasien kasus 22, perempuan, 36 tahun, WNI, imported case (terkena di luar negeri).
"Pasien 23, perempuan, 73 tahun, WNI, imported case, kondisinya saat ini sedang menggunakan ventilator karena faktor komorbid cukup banyak kondisi stabil," ungkap Yuri.
Selanjutnya, pasien kasus 24, laki-laki, 46 tahun, WNI, imported case. Pasien kasus 25, perempuan, 53 tahun, WNA, imported case, saat ini dalam kondisi stabil. Selanjutnya, pasien kasus 26, laki-laki, 46 tahun, WNA, stabil, juga imported case.
"Pasien kasus 27, laki-laki, 33 tahun, WNI, kondisi stabil, kami menduga ini local transmission yang sedang kami tracing, bukan impor dan belum jelas bagian dan klaster yang lain," ungkap Yurianto.
In Picture: Jamaah Positif Covid-19 Masjid di Filipina Ditutup Sementara
Yurianto juga menginformasikan, dua dari 27 pasien kasus corona menunjukkan perbaikan. Menurutnya,pasien kasus 06 dan pasien kasus 14 telah menjalani pemeriksaan laboratorium lanjutan dengan hasil negatif. Bila keduanya kembali dinyatakan negatif korona dalam tes spesimen dua hari lagi, maka pasien kasus 06 dan kasus 14 tersebut diperbolehkan pulang untuk menjalani pemulihan dengan isolasi mandiri.
"Kita masih menunggu pemeriksaan negatif kedua di dua hari yang akan datang. Setelah negatif pertama, kita tunggu dua hari kemudian, kalau sudah negatif juga kita keluarkan dari rumah sakit," jelas Yuri.
Jubir Penganan Covid-19 tersebut menambahkan, pasien kasus 06 adalah WNI yang sempat bekerja di kapal pesiar Diamond Princess. Sementara kasus 14 adalah WNI yang tidak termasuk dalam klaster Jakarta, alias imported case dari luar negeri. Khusus pasien kasus 14, gejala demam, flu, dan batuk sudah dialami sejak 2-3 hari sebelum akhirnya dirawat. Artinya, pasien kasusn 14 ini dinyatakan negatif pada hari kelima atau keenam setelah mulai terjangkit Covid-19.
Yuri juga menyampaikan bahwa otoritas kesehatan telah memberi pembekalan bagi pasien kasus 06 dan kasus 14 untuk melakukan isolasi mandiri di rumah. Isolasi mandiri berarti keduanya harus menahan diri untuk melakukan kontak dengan orang lain, bahkan pihak keluarga sekalipun.
"Tahan diri untuk tidak kontak dengan siapapun. Sementara waktu. Bukan artinya ndak boleh kontak sama sekali. Masih boleh. Tetapi ditahan. Artinya dia harus pakai masker dan dia berusaha pada posisi setidaknya 2 meteran," jelas Yuri.
Keduanya juga wajib melakukan pengawasan mandiri di rumah dengan memperhatikan seluruh progres penyembuhan. Bila dirasa ada perburukan, misalnya muncul kembali keluhan demam, batuk, atau yang lainnya maka pasien yang telah dinyatakan negatif ini harus segera melapor kembali untuk dilakukan tindakan medis.
Untuk pemeriksaan spesimen terduga pengidap Covid-19, pemerintah mendatangkan 10 ribu paket perlengkapan baru. Kit pemeriksaan dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) ini didatangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang semakin tinggi. Saat ini, kit pemeriksaan spesimen Covid-19 tersisa sebanyak 500 unit.
Selain menambah jumlah kit, pemerintah juga menyiapkan sumber daya manusia (SDM) terampil yang mampu melakukan uji spesimen secara mandiri di daerah. Yuri menyebutkan, pemerintah sedang melatih petugas dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLP2) dari daerah. Petugas-petugas ini diberi pelatihan agar siap menjalankan prosedur pemeriksaan spesimen di daerah tanpa harus mengirim ke Balitbangkes Kementerian Kesehatan.
"Diharapkan minggu ini selesai training, mereka membawa 10 ribu (kit) tadi ke tempat masing-masing. Ini tahap pertama," ujar Yuri.
Selain menyiapkan SDM-nya, pemerintah juga berupaya memenuhi standar fasilitas di daerah untuk menjalankan proses PCR. Seluruh fasilitas di BTKLP2 harus tunduk pada standar bio safety dan bio security.
"Bio safety jangan sampai nular yang meriksa. Bio security jangan sampai virusnya lepas ke dunia luar menulari yang lain," jelas Yuri.