Daerah Pasien Corona Dirahasiakan, Jokowi Takut Warga Panik

Pemerintah tak ungkap data sebaran pasien karena mempertimbangkan dampak kepanikan

Republika/Dessy Suciati Saputri
Presiden Jokowi saat memberikan keterangan pers terkait perkembangan penanganan virus corona di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (3/3). (Republika/Dessy Suciati Saputri)
Rep: Dessy Suciati Saputri Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan alasan pemerintah tak mengungkapkan data sebaran pasien yang dinyatakan positif corona. Menurut dia, pemerintah memutuskan untuk tak mengungkapkan data sebaran pasien karena mempertimbangkan dampak kepanikan di masyarakat.

Selain itu, pemerintah juga mengkhawatirkan kondisi psikologi pasien corona jika dinyatakan sembuh dan kembali ke masyarakat. 

"Sebetulnya inginnya kita sampaikan. Tetapi kita berhitung mengenai kepanikan dan keresahan di masyarakat dan efek nantinya terhadap pasien apabila sembuh," ujar Jokowi di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Jumat (13/3).

Jokowi mengatakan, setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda terkait transparansi data sebaran pasien positif corona ini. Namun, ia memastikan, tim reaksi cepat akan langsung merespon jika ditemukan adanya pasien yang diduga positif terjangkit virus ini.

"Setiap negara memiliki policy yang berbeda-beda. Tapi setiap ada kluster baru tim reaksi cepat akan langsung mengabari," kata dia.

Sebelumnya dilaporkan, pasien kasus 1 dan 2 yang menjadi kasus pertama virus corona di Indonesia sempat mengalami depresi setelah data privasinya tersebar di masyarakat. Pihak rumah sakit pun harus memberikan pendampingan psikolog kepada keduanya.


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler