Corona dan Bayangan Masjid Melompong Saat Ramadhan
Kita waspada corona, tapi bukan berarti harus takut.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ani Nursalikah*
Sebuah pengumuman dari Arab Saudi membuat saya jadi membayangkan akankah masjid-masjid kita nanti sepi dari jamaah. Tempat wudhu kering, ruang sholat kosong, mungkin ada segelintir jamaah yang shalat, suara riuh dan cekikikan anak hilang, dan yang paling menyedihkan adalah jika pintu masjid tertutup digembok. Membayangkannya saja saya bergidik.
Setelah mengumumkan menghentikan sementara perjalanan umroh, Arab Saudi memutuskan menunda semua kegiatan pendidikan dan keagamaan di masjid mulai awal pekan ini. Langkah ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona.
Menteri Urusan Islam Saudi Abdullatif al Sheikh menetapkan pembatasan waktu antara azan dan iqamah hanya berdurasi 10 menit di seluruh masjid di Saudi. Sedangkan waktu maksimum khutbah Jumat dan berdoa tidak boleh lebih dari 15 menit.
Al Sheikh juga menginstruksikan untuk sementara tidak mengadakan buka puasa bersama di masjid, iktikaf dan menghentikan penyediaan makanan, kurma, dan gelas untuk air minum di tempat-tempat jamaah berkumpul ketika shalat.
Seluruh sudut Masjid al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi disterilkan. Fasilitas layanan edukasi layar sentuh disetop.
Ka'bah diselimuti sebuah kekosongan yang tidak biasa. Tempat suci yang biasanya selalu padat jamaah itu pada sholat Jumat pekan lalu hanya dihadiri ribuan jamaah. Padahal, biasanya ratusan ribu jamaah berada di sana.
Sebuah pagar melingkar dipasang di sekeliling Ka'bah. Lantai marmernya yang putih terlihat jelas, padahal biasanya lantai itu tertutup tubuh-tubuh jamaah.
Langkah serupa diambil Singapura. Negara tetangga ini mengambil tindakan lebih ekstrem dengan menutup seluruh masjid di Singapura. Totalnya ada 70 masjid.
Virus corona telah menginfeksi 187 orang di Singapura. Sebanyak sembilan di antaranya dalam kondisi kritis. Sedangkan 96 orang telah sembuh.
Karena itulah, shalat Jumat ditiadakan hari ini. Kegiatan seperti kajian yang biasa dilaksanakan di masjid juga akan ditangguhkan hingga 27 Maret mendatang di Singapura.
Menteri Agama Malaysia Zulkifli Mohamad al-Bakri memerintahkan khutbah Jumat dipersingkat dan jamaah wudhu dari rumah masing-masing. Selain itu, mereka yang memiliki gejala tidak diperbolehkan mengikuti sholat Jumat berjamaah. Otoritas masjid harus menyediakan pembersih tangan dan masker sebagai tindak pencegahan.
Sholat Jumat masih tetap dilaksanakan di Indonesia. Di Masjid Istiqlal, shalat Jumat dilakukan, namun tanpa karpet. Jamaah diimbau membawa sendiri sajadah dari rumah.
Karpet sengaja digulung demi menghindari penyebaran virus. Dewan Masjid Indonesia bahkan menyediakan dua juta botol disinfektan untuk membersihkan seluruh masjid di Jakarta. Diperkirakan pembersihan itu akan memakan waktu selama dua bulan, sebelum akhirnya dilanjutkan dengan masjid lain di kota-kota lain.
Menteri Agama Fachrul Razi memastikan kegiatan buka puasa bersama di masjid dan sholat tarawih berjamaah akan tetap digelar di masjid-masjid. Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar juga memastikan iktikaf di 10 hari terakhir Ramadhan akan tetap ada, namun dia mengimbau jamaah lebih mewaspadai virus corona.
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) sedang melakukan pembahasan terkait penutupan aktivitas sementara masjid sebagai upaya pencegahan wabah corona. Menurut penulis, sangat penting bagi jamaah untuk menjaga kebersihan diri pribadi dengan sering mencuci tangan dengan sabun secara tepat, berada di rumah jika sakit, dan menjaga imunitas tubuh dengan makan makanan bergizi dan berolahraga. Jamaah juga sebaiknya menghindari dulu bersalaman usai sholat di masjid, berpelukan, atau cium pipi.
Haruskah kita merasa takut? Waspada tentu saja, tapi jangan sampai ketakutan akan corona menghalangi aktivitas kita, bahkan membuat kita menjadi orang yang parno. Afirmasi positif perlu ditanamkan pada diri. Saya yakin, pikiran yang positif, optimistis, dan mental yang kuat juga membuat tubuh kita mampu menangkal penyakit.
Ketika tulisan ini penulis buat, kasus pasien positif corona melonjak 100 persen menjadi 69 orang. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan langkah untuk menutup tiga tempat wisata, yakni Ragunan, Ancol, dan Monas. Penutupan itu akan berlangsung selama dua pekan ke depan.
Dengan bulan suci Ramadhan yang tinggal 1,5 bulan lagi, siapa yang tahu apa yang akan terjadi. Jika pemerintah tak juga mengambil langkah pencegahan yang lebih konkrit dan memberi penjelasan seterang-terangnya pada masyarakat, masjid yang kosong melompong saat Ramadhan bisa menjadi kenyataan. Memberikan informasi berupa potensi jumlah kasus corona di Indonesia bukanlah upaya menakut-nakuti masyarakat, tapi upaya membuat masyarakat lebih waspada.
Tidak ada yang bisa memprediksi kapan pandemi virus corona ini akan berakhir. Seluruh dunia menanti dalam ketidakpastian. Dalam masa menunggu itu, banyak sekali konsekuensi yang mesti ditanggung.
*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id