Turki Umumkan Peningkatan Jumlah Pasien Positif Virus Corona

Turki kini merawat 18 pasien positif virus corona.

The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando
(Ilustrasi) Petugas Kesehatan di Rumah Sakit merawat pasien yang diduga terpapar virus corona.(The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando)
Rep: Umar Mukhtar/Fergi Nadira Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki mengumumkan kasus infeksi virus corona atau Covid-19 yang ke-18 pada Ahad (15/3) waktu setempat. Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca mengatakan, sebanyak 12 orang lebih telah didiagnosis terinfeksi virus tersebut, sehingga jumlah total kasus di negara itu menjadi 18.

Koca menjelaskan, di antara yang suspek itu, dua orang yang melakukan kontak dengan kasus pertama dinyatakan positif virus corona. Dia juga mengungkapkan dari mana beberapa pasien berasal. Tujuh kasus datang dari Eropa dan tiga dari AS.

Baca Juga



"Setiap kasus yang terdeteksi dan setiap isolasi adalah langkah keamanan bagi kita semua," kata dia seperti dilansir dari laman Anadolu Agency, Senin (16/3).

Rabu lalu, Turki menjadi negara ekonomi tinggi terakhir yang melaporkan wabah. Pemerintah sejak itu telah meningkatkan langkah-langkah untuk menghentikan penyebaran virus, menutup sekolah dan universitas, mengadakan acara olahraga tanpa penonton, dan menghentikan penerbangan ke banyak negara.

Melansir Aljazirah, Turki juga telah mendirikan situs karantina untuk lebih dari 10.300 orang yang kembali dari ziarah ke situs suci Islam di Arab Saudi. Pada Sabtu, Koca menyatakan keprihatinan pemerintah tentang kasus-kasus baru yang mungkin tidak terdeteksi. Pemerintah juga meminta warga untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari di rumah masing-masing setelah kembali dari luar negeri.

"Melewati tes skrining kesehatan tidak berarti Anda tidak membawa risiko apa pun," kata Koca. Setelah muncul dari Wuhan, China Desember lalu, virus, telah menyebar ke setidaknya 155 negara dan wilayah. Jumlah kematian global akibat virus corona tercatat 6.526, dan lebih dari 171 ribu kasus dikonfirmasi di seluruh dunia.

Negara-negara dengan penduduk mayoritas Muslim telah melakukan berbagai langkah untuk mencegah penyebaran wabah. Mesir akan menutup kegiatan pendidikan di sekolah dan universitas selama dua pekan mulai 15 Maret. Di antara negara-negara Teluk Arab, Arab Saudi dan Kuwait mengambil keputusan paling signifikan yaitu dengan membatalkan semua penerbangan internasional.

Saudi juga menyatakan, mereka yang dikarantina dan mereka yang takut terinfeksi atau menginfeksi orang lain tidak perlu shalat Jumat di masjid. Pakistan juga telah menutup sekolah dan perbatasan daratnya dan memutuskan untuk membatasi penerbangan internasional dan mencegah pertemuan besar.

Otoritas Palestina menutup sementara aktivitas ibadah di masjid-masjid dan gereja-gereja di Tepi Barat yang diduduki. Hal ini untuk mencegah penyebaran virus corona baru. Hamas yang mengendalikan Gaza pun menutup semua perjalanan yang melintasi penyeberangan perbatasan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler