Bagaimana Sifat Rasulullah dalam Perspektif Injil?
Mereka marah kepadaku secara keji karena kedatangan Al-Munhamanna yang diutus Allah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - - Umumnya umat Muslim percaya bahwa mengimani Allah dan Rasul-Nya adalah bagian dari keimanan. Tak terkecuali percaya kepada agama-agama terdahulu beserta kitab-kitabnya--meski tak harus mengikuti syariat agama tersebut.
Dalam buku Tahdzib Sirah Ibnu Hisyam karya Abdus Salam Harun disebutkan mengenai sifat Rasulullah SAW dalam perspektif Injil. Ibnu Ishaq pernah berkata: “Di antara berita yang sampai kepadaku tentang sifat-sifat Rasulullah SAW yang dijelaskan Nabi Isa bin Maryam di dalam Injil kepada Ahli Injil, telah disebutkan oleh Yohannes (salah seorang Hawari/murid Nabi Isa yang menyalin Injil dari zaman Isa).
Salinan dari Yohannes itu, bahwasannya Isa bin Maryam berkata dalam Injil: “Barang siapa membuatku marah berarti ia telah membuat Allah murka,”.
“Sekiranya aku tidak melakukan beberapa perkara di hadapan mereka yang tidak pernah dilakukan oleh seorang pun sebelumku, niscaya mereka tidak jatuh dalam kesalahan. Tetapi ada beberapa ayat yang mereka tolak sementara mereka mengira telah mengalahkanku dan mengalahkan Rabb-ku,”.
“Tetapi firman Illahi di dalam Namus ini harus disempurnakan. Mereka marah kepadaku secara keji karena kedatangan seorang Al-Munhamanna yang diutus Allah kepada kalian. Ruhul Kudus (Jibril) yang berada di sisi Allah telah keluar, dia akan menjadi saksi atas diriku dan atas diri kalian juga. Sebab dahulu kalian selalu menyertaiku. Hal ini kukatakan agar kalian tidak ragu,”.
Ayat tersebut tertulis dalam Injil di Surat Yohana ayat 23-26. Dalam ayat tersebut terdapat kata Al-Munhamanna, yang dalam bahasa Siryaniyah berarti Muhammad. Sedangkan dalam bahasa Romawi disebut Al-Baraqliths.