Benarkah Cina Tengah Membingkai Citra Positif Berhasil Tangani Corona?

Semakin menurunnya jumlah kasus baru COVID-19 di Cina, para ahli mengatakan semakin gencar pula propaganda Cina meningkatkan citra positif negaranya di mata internasional dan sistem otoriter Cina dianggap lebih baik.

picture-alliance/AP Photo/A. Wong
Rep: deutsche welle Red: deutsche welle

Pada Senin (16/3), kantor berita Xinhua milik pemerintah Cina menerbitkan tulisan opini yang menekankan bahwa Cina telah menerapkan ‘‘langkah-langkah pencegahan yang paling komprehensif, paling ketat dan paling teliti‘‘ untuk memerangi wabah virus corona (SARS-CoV-2).


Artikel itu mengklaim bahwa Cina telah membuat kemajuan luar biasa dalam penanggulangan virus, dan kehidupan masyarakat kembali normal secara bertahap. Artikel itu juga menyoroti bahwa Cina mengirim pakar medis ke luar negeri, salah satunya ke Italia, untuk membantu negara-negara lain menangani wabah ini.

Karena jumlah kasus baru terkait COVID-19 yang dikonfirmasi di Cina terus menurun, pemerintah negara itu tengah berusaha mempromosikan sebuah citra positif melalui propaganda yang menunjukkan bahwa Cina kini memiliki kondisi sosial yang stabil.

Pekan lalu, Presiden Cina Xi Jinping mengunjungi kota Wuhan, yang menjadi lokasi wabah virus corona pertama kali muncul, untuk menunjukkan kepada masyarakat Cina bahwa yang masa-masa buruk sudah berakhir. Sekarang Cina ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka telah berhasil "mengalahkan" virus corona.

Cina membentuk ulang citranya

Maria Repnikova, seorang ahli komunikasi politik Cina di Universitas Negeri Georgia di Amerika Serikat (AS), mengatakan bahwa Partai Komunis Cina (CCP) sebelumya berada di bawah tekanan publik yang sangat besar sejak wabah dimulai.

"CCP juga menggunakan narasi 'menang melawan virus' sebagai kesempatan untuk memoles citra global Cina sebagai negara kuat yang bertanggung jawab, yang mampu menahan bencana terberat, serta menggunakan pengalaman ini untuk membantu negara lain memerangi virus corona," ujar Repnikova kepada DW.

Repnikova mengatakan bahwa Cina sebelumnya menerima kritik keras dari media barat dan para politisi tentang cara negara komunis itu menangani wabah corona pada tahap awal.

Namun, sekarang Cina mengambil kesempatan untuk membentuk kembali narasi itu dengan menyatakan bahwa Cina telah menang melawan pandemi virus corona.

"Ini adalah kesempatan tepat bagi CCP untuk mengubah narasi ‘pembuat onar‘ menjadi narasi pemimpin global yang berjuang melawan pandemi," kata Repnikova.

"Saya pikir sebagian upaya Cina telah membuahkan hasil, karena organisasi internasional seperti WHO telah memuji langkah-langkah Cina, dan banyak narasi media barat telah bergeser dari yang semula mengritik Cina kini berubah menjadi yang bisa dipelajari atau dicontoh.‘‘

Meski demikian, Repnikova mengatakan bahwa beberapa orang mengritik ‘‘nuansa perayaan‘‘ yang dibuat Cina, yang menunjukkan seakan-akan Cina telah menang melawan virus corona, karena apa yang akan terjadi selanjutnya dengan virus ini tetap tidak dapat diprediksi.

Semua tentang ‘stabilitas nasional‘

Selain menciptakan citra internasional yang lebih baik, banyak ahli berpikir bahwa tujuan propaganda Cina secara keseluruhan adalah untuk menjaga stabilitas sosial di dalam negeri.

Yun Jiang, direktur Pusat Kebijakan Cina di Australia, mengatakan bahwa publik menolak usulan kampanye ‘‘rasa syukur‘‘ yang meminta orang-orang di Wuhan untuk berterima kasih kepada CCP atas pekerjaannya dalam memerangi wabah tersebut.

Menurut Yun, tanggapan negatif itu membuat pemerintah Cina menerapkan strategi baru, yakni Presiden Xi menyatakan ‘’terima kasih’’ kepada semua orang yang terkena dampak wabah virus corona selama perjalanannya ke Wuhan.

"Sangat mungkin bahwa ini adalah strategi baru yang sedang dicoba pemerintah Cina untuk tujuan propaganda," kata Jiang kepada DW. "Strategi baru ini telah menghasilkan lebih banyak reaksi positif dari orang-orang Cina."

"Meskipun masih ada banyak ketidakpuasan terhadap cara pemerintah Cina menangani krisis, orang-orang di luar provinsi Hubei secara umum merasa bahwa di Cina segala sesuatunya berada di bawah kendali, sementara keadaan di seluruh dunia mulai kacau balau," kata Jiang.

Jiang menambahkan saat seluruh dunia berjuang menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi wabah, kritikan terhadap pemerintah Cina semakin berkurang.

"Ketika pemerintah negara lain berjuang untuk mengatasi wabah itu, orang-orang Cina sekarang berpikir mungkin itu bukan masalah baru bagi Cina," kata Jiang.

Ditolong oleh Cina?

Ketika pusat penyebaran virus corona telah bergeser dari Cina ke Eropa, media yang dikelola pemerintah Cina juga mulai secara aktif melaporkan tentang negaranya yang telah mengirim pakar medis ke negara lain untuk membantu memerangi virus corona.

Jiang mengatakan Cina ingin menunjukkan kepada dunia bahwa sistem pemerintahannya lebih baik dalam menangani krisis daripada demokrasi liberal di Barat.

"Dalam situasi seperti ini, model manajemen top-down (pemimpin yang menentukan langkah) akan diadopsi. Kasus ini telah memberi Cina kesempatan untuk menunjukkan keunggulan model otoriter," kata Jiang, seraya menambahkan bahwa mengirim para ahli ke luar negeri adalah cara yang baik untuk menunjukkan bahwa orang Cina adalah "warga dunia yang baik."

Repnikova menunjukkan bahwa Cina telah berhasil mengubah narasi yang semula "korban" menjadi "guru" atau "pemimpin".

Cina membalikkan narasi dengan mengubur kisah-kisah negatif dengan cerita-cerita baru tentang kekuatan dan komitmen Cina terhadap masyarakat internasional.

"Saya pikir ini memberi tahu kita bahwa kepemimpinan Cina ingin menggunakan setiap kesempatan yang tersedia untuk membentuk citra positif negaranya," kata Repnikova. "Saya berharap melihat lebih banyak tim dan pasokan Cina dikirim ke ‘zona krisis utama‘ saat penyebaran virus terus muncul."

pkp/rap

Lihat Artikel Asli
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Berita Terpopuler