Sejarah Shalat Jumat

Shalat Jumat dilaksanakan setelah hijrah.

Republika/Tahta Aidilla
Sejarah Sholat Jumat . Foto: Suasana saat khutbah pada shalat Jumat. (ilustrasi)(Republika/Tahta Aidilla)
Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Allah berfirman: 

Baca Juga


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ 

"Hai orang-orang beriman apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (Alquran surah al-Jumu’ah ayat 9).

Bagi umat Islam, Jumat adalah hari yang sangat istimewa, berbeda dengan hari lainnya dalam sepekan. Jika nama-nama hari yang lain menunjukkan urutan angka; Ahad berarti hari pertama, Itsnain atau Senin adalah hari kedua, Tsulatsa atau Selasa adalah hari ketiga, Arbi’a atau Rabu adalah hari keempat, dan Khamis atau Kamis adalah hari kelima; Jumat adalah jumlah dari semuanya. 

Menurut sebagian riwayat, kata Jumat diambil dari kata jama’a yang artinya 'berkumpul', yaitu hari perjumpaan atau hari bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa di Jabal Rahmah. Kata Jumat juga bisa diartikan sebagai 'waktu berkumpulnya umat Islam untuk melaksanakan kebaikan' sehingga tak aneh bila kemudian Allah memerintahkan umat Islam untuk melaksanakan shalat Jumat untuk merayakan hari istimewa tersebut.

Perintah shalat Jumat turun seiring dengan turunnya perintah shalat lima waktu. Ketika itu, Rasulullah masih berada di Makkah. Akibatnya, Rasulullah tidak langsung melaksanakan perintah tersebut karena kondisi yang tidak memungkinkan di kota itu. Shalat Jumat perdana baru dilakukan ketika Rasulullah hijrah ke Madinah.

Ketika itu, Senin, 12 Rabiul Awal 1 Hijriyah atau 23 September 622 M, Rasulullah dan Abu Bakar as-Shiddiq menapakkan kaki memasuki Desa Quba’ yang tak jauh dari Madinah. Kedatangan mereka telah ditunggu oleh warga di seluruh kampung. Semua orang berhambur keluar dari rumah masing-masing ketika mengetahui Rasulullah dan Abu Bakar telah tiba di desa tersebut. 

Di Desa Quba’ itu, Rasulullah kemudian beristirahat di rumah seorang lelaki lanjut usia yang senantiasa dijadikan pangkalan oleh kaum Muslimin Makkah yang baru tiba di Madinah. Rumah itu adalah milik Kultsum bin Hadm. Sementara itu, Abu Bakar as-Shiddiq menuju rumah Khubaib bin Yasaf atau Kharijah bin Zaid di Sunh, di sebuah desa yang tak jauh pula dari Madinah. 

Satu atau dua hari kemudian, Ali bin Abi Thalib tiba dari Makkah dan tinggal di rumah yang sama dengan Rasulullah. Rasulullah berdiam di Desa Quba’ selama empat hari, sejak Senin hingga Kamis.

Lalu, atas saran ‘Ammar bin Yasir, beliau membangun Masjid Quba’. Inilah masjid pertama dalam sejarah Islam. Rasulullah sendiri yang meletakkan batu pertama di kiblat masjid tersebut, kemudian diikuti oleh Abu Bakar as-Shiddiq, lalu diselesaikan beramai-ramai oleh para sahabat lainnya. 

Setelah mendirikan masjid ini, Rasul bersama dengan Abu Bakar as-Shiddiq melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib, yakni Madinah sekarang. Namun, sebelum sampai di tempat tujuan, yakni Masjid Nabawi, beliau singgah di kampung bani Sulaim. Pada saat itu adalah hari Jumat, waktunya sudah menjelang shalat Zhuhur. Karena itu, bersama para sahabat dan kaum Muslimin yang ada pada saat itu, Rasul SAW mengajak mereka untuk mendirikan shalat Jumat.

Shalat Jumat itu dilaksanakan Rasul SAW di sebuah wadi (lembah) yang terletak di kampung bani Sulaim. Letaknya berdekatan dengan Masjid Quba. Menurut Junaidi Halim dalam bukunya, Makkah-Madinah dan Sekitarnya, nama lembah tersebut adalah Wadi Ranuna. Sebagai peringatan atas pelaksanaan shalat Jumat itu, didirikanlah sebuah masjid di lokasi tersebut. Masjid itu diberi nama Masjid Jumat.

Menurut Hanafi al-Mahlawi dalam Al-Amakin al-Masyhurah fi Hayati Muhammad SAW, shalat Jumat yang dilaksanakan di lokasi tersebut merupakan shalat Jumat yang pertama kali. Sebab, sebelumnya beliau kesulitan melaksanakan shalat Jumat karena kuatnya tekanan dan penindasan yang dilakukan kafir Quraisy terhadap kaum Muslim.

Ada yang mengatakan bahwa lokasi pelaksanaan shalat Jumat itu terletak di sisi kanan jalan dari Quba menuju Madinah. Adapun jumlah kaum Muslim yang mendirikan shalat Jumat ketika itu mencapai seratus orang. Menurut HM Iwan Gayo dalam Buku Pintar Haji dan Umrah, Masjid Jumat itu berukuran 7 X 5,5 meter persegi.

Karena itulah, keberadaan Masjid Jumat ini memiliki posisi yang sangat penting dalam sejarah Islam. Sayangnya, tidak diketahui secara pasti siapa sahabat yang mendirikan masjid ini. Mungkin itu karena minimnya informasi yang didapatkan. Karena itu, tak banyak umat Muslim yang berziarah atau berkunjung ke masjid ini.

 

 

sumber : Republika.co.id
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler