Fadli Zon: Menunda Lockdown, Menambah Korban

Ada banyak sekali pro dan kontra terkait kebijakan lockdown, khususnya untuk Jakarta.

Antara/M Agung Rajasa
Petugas medis membawa pasien ke ruang isolasi. (Ilustrasi)
Rep: Arif Satrio Nugroho Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra Fadli Zon mengirimkan surat terbuka terkait penanganan wabah Covid-19 pada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada Senin (23/3). Dalam suratnya itu, Fadli menekankan bahwa korban akan kian bertambah bila lockdown tak kunjung dilakukan. 


Fadli mengawali suratnya dengan mencontohkan China yang mengisolasi (lockdown) Kota Wuhan di Provinsi Hubei. Keputusan untuk mengunci kota itu dilakukan untuk mengontrol sekaligus membatasi penyebaran virus Corona (Covid-19).

"Karena kesigapan tersebut, per hari ini, saya membaca Wuhan sudah lima hari berturut-turut bebas dari kasus baru Covid-19. Kota itu mulai kembali hidup dan bangkit," kata Fadli dalam suratnya. 

Di tingkat nasional, Komisi Kesehatan Nasional China juga menyatakan, kini sudah tak ada lagi kasus Covid-19 baru yang berasal dari dalam negeri. Fadli menyebut, China berhasil menekan rasio kematian akibat Covid-19 di bawah rata-rata global. Hingga Ahad (22/3) total jumlah kasus Corona yang dikonfirmasi pemerintah China mencapai 81.093 kasus, dengan jumlah korban meninggal 3.270 orang. Artinya, tingkat kematian kasus Covid-19 di Cina sebesar 4 persen.

"Menyimak angka-angka itu, terus terang saya agak miris. Bandingkanlah angka-angka itu dengan jumlah kasus di Indonesia hari ini, yang mencapai 579, dengan jumlah orang meninggal 49," ujar Fadli. 

Ia menyoroti angka rasio kematian kasus Covid-19 di Indonesia ternyata mencapai sekitar 9 persen, salah satu yang tertinggi di dunia. Angka ini bukan hanya lebih dari dua kali lipat rasio kematian di China, namun juga lebih dari dua kali lipat rasio kematian Covid-19 di tingkat global.

Sebagai catatan, hingga Ahad lalu, jumlah kasus positif Covid-19 di seluruh dunia mencapai 318.228 orang dengan jumlah korban meninggal 13.671. Artinya, rasio kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia ada di angka 4,29 persen. 

"Menurut saya, ada dua sebab kenapa rasio angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia lebih tinggi dari angka rata-rata dunia," ujarnya. 

Pertama, menurut Fadli, Indonesia tak berhasil mendeteksi seluruh orang yang secara riil telah terpapar Covid-19, sehingga angkanya jadi ekstrem. Jika kita menggunakan rasio kematian rata-rata secara global, yaitu 4,29 persen, maka dengan jumlah kematian 49 orang, maka seharusnya jumlah orang terinfeksi yang terdata berada di kisaran lebih dari 1.100 orang. 

Kedua, lanjut Fadli, seandainya rasio kematian 9,3 persen tadi adalah riil, berarti tingkat penangan kasus Covid-19 di Indonesia sejauh ini merupakan yang paling buruk di dunia.

"Pak Jokowi, dengan rasio kematian lebih dari dua kali lipat rasio global, seharusnya kita segera mengambil sikap lebih gesit dan presisi. Jika kita masih bertahan dengan pola koordinasi yang telah diterapkan selama seminggu terakhir, bukan tak mungkin kita akan mengalami situasi yang lebih buruk dari Italia dalam beberapa minggu ke depan," kata Fadli Zon

Fadli mengatakan, ini adalah titik kritis untuk segera memulai sebuah kebijakan drastis. Sayangnya, kata dia, kebijakan drastis itu saya lihat tak segera muncul. Ia mengakui, ada banyak sekali pro dan kontra terkait kebijakan lockdown, khususnya untuk Jakarta, yang kini menjadi episentrum wabah di Tanah Air. 

Di satu sisi, kebijakan lockdown dikhawatirkan akan memukul rakyat kecil yang menyandarkan pendapatannya pada kerja-kerja harian. Namun di sisi lain, jika tak dibuat kebijakan tegas seperti lockdown, dikhawatirkan kita tak akan bisa membatasi penyebaran virus ini ke depannya.

"Jadi, Pak Jokowi, Bapak akan mengatasi krisis ini mulai dari mana?" tanya Fadli. 

Fadli menilai, seharusnya Indonesia tak menunggu sampai jatuh korban dalam jumlah yang ekstrem baru kemudian melakukan lockdown. Ekses ekonomi, bagaimanapun jauh lebih kasat mata, sehingga lebih mudah dikontrol, daripada ekses penyebaran virus.

Ia meminta, anggaran bantuan sosial dan anggaran lain digunakan untuk membantu mereka yg terdampak, seperti pekerja harian, tukang ojek, sopir taksi, buruh, tani, pedagang kecil, dan seterusnya. Siapkan jaring pengaman sosial dengan mengalihkan belanja proyek-proyek pembangunan fisik yang tidak mendesak dan bisa ditunda.

"Surat terbuka ini saya sampaikan karena saya yakin kita sama-sama menyayangi rakyat dan negara ini. Pemilihan Presiden sudah lewat, dan Pemilu yang akan datang masih lama. Seharusnya tak ada urusan kontestasi politik dalam menangani krisis Covid-19," kata Fadli. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler