Kredit Tumbuh 108 persen, Laba BTPN Capai Rp 2,6 Triliun

Penyaluran kredit BTPN ditopang oleh pembiayaan korporasi sebesar Rp 75,7 triliun.

Antara
BTPN
Rep: Novita Intan Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank BTPN Tbk mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 141,8 triliun sepanjang 2019 atau tumbuh 108 persen dari periode yang sama tahun 2018 (year on year/yoy). Adapun pertumbuhan penyaluran kredit ditopang oleh pembiayaan korporasi sebesar Rp 75,7 triliun atau tumbuh 15 persen.

Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana mengatakan, penyaluran pembiayaan dilakukan melalui sejumlah sindikasi untuk proyek ketahanan energi, ketahanan pangan, serta infrastruktur. Perusahaan juga memberikan pinjaman secara bilateral ke perusahaan swasta nasional, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), industri otomotif, hingga perusahaan yang bergerak di bidang ekspor-impor.

“Melalui pembiayaan ke segmen korporasi dan industri pendukungnya, kami bersama pemegang saham pengendali (SMBC) berkomitmen mendukung program nasional dalam mewujudkan pemerataan kesejahteraan serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan tulis di Jakarta, Selasa (24/3).

Selain oleh pembiayaan korporasi, penyaluran kredit juga ditopang segmen kredit usaha kecil dan menengah serta kelompok prasejahtera produktif melalui anak usaha, BTPN Syariah. “Di tengah situasi perekonomian global yang menantang, Bank BTPN senantiasa menjaga penyaluran kredit tetap sehat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Hal ini tecermin pada rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) sebesar 0,8 persen (bruto),” ucapnya.

Untuk menyeimbangkan laju pertumbuhan kredit, Bank BTPN menghimpun pendanaan senilai Rp 145,8 triliun pada 2019 atau meningkat 81 persen dari 2018. Jumlah tersebut terdiri atas dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 86,9 triliun, pinjaman pihak lain Rp 52,9 triliun, serta pinjaman subordinasi Rp 6 triliun.

Dari total DPK, Bank BTPN meningkatkan porsi current account savings account (CASA) menjadi 28 persen pada 2019. Angka ini lebih tinggi dibandingkan porsi pada 2018 yang sebesar 13 persen.


Terkait dengan kecukupan likuiditas, Bank BTPN memiliki liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 219 persen dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 113 persen, jauh di atas ketentuan minimum regulator 100 persen. Sebagai informasi, LCR merupakan instrumen untuk menghitung rasio likuiditas jangka pendek, sedangkan NSFR untuk menghitung rasio likuiditas jangka panjang.

Sampai akhir Desember 2019, aset Bank BTPN tercatat sebesar Rp 181,6 triliun atau tumbuh 79 persen secara tahunan. Adapun laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) mencapai Rp 2,6 triliun atau meningkat 40 persen dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 24,2 persen.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler