Italia akan Perpanjang Lockdown Nasional

Perpanjangan lockdown di Italia setidaknya sampai Paskah pada April

ANGELO CARCONI/EPA EFEZ/ANSA
Pemandangan jalanan yang sepi saat masa lockdown di Milan, Italia, Ahad (29/3). Italia akan perpanjang lockdown sampai Paskah di bulan April. Ilustrasi.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Pemerintah Italia pada Senin (30/3) mengatakan akan memperpanjang lockdown nasional yang sebelumnya akan berakhir pada Jumat. Perpanjangan tersebut setidaknya sampai musim Paskah pada April karena jumlah infeksi baru menurun.

"Evaluasi adalah untuk memperpanjang semua tindakan penahanan setidaknya sampai Paskah. Pemerintah akan bergerak ke arah ini," kata Menteri Kesehatan Roberto Speranza. Keterangan itu ia sampaikan setelah pertemuan komite ilmiah yang memberi saran kepada pemerintah.

Kementerian Kesehatan tidak memberikan tanggal untuk akhir baru dari lockdown itu. Akan tetapi kementerian mengatakan akan ada undang-undang yang akan diusulkan pemerintah. Minggu Paskah adalah 12 April tahun ini. Italia didominasi Katolik Roma dan Vatikan, sebagai jantung dari gereja.

Orang Italia telah dibatasi dengan lockdown selama tiga pekan. Sebagian besar toko, bar, dan restoran tutup. Orang-orang dilarang meninggalkan rumah mereka untuk semua hal kecuali kebutuhan yang tidak penting.

Italia merupakan negara yang paling terpukul di dunia dalam hal jumlah kematian dan menyumbang lebih dari sepertiga dari semua kematian global. Negara ini mengalami peningkatan jumlah kematian menjadi 11.591 sejak wabah itu muncul di wilayah utara pada 21 Februari.

Badan Perlindungan Sipil mengatakan korban meninggal telah meningkat 812 dalam 24 jam terakhir. Kondisi ini membalikkan penurunan selama dua hari, meskipun jumlah kasus baru naik hanya 4.050 yang merupakan kenaikan terendah sejak 17 Maret dan mencapai total 101.739.

Akan tetapi penurunan kenaikan infeksi baru sebagian dapat dijelaskan oleh penurunan jumlah tes, yang paling sedikit selama enam hari. Gubernur wilayah selatan Puglia mengatakan pada Sabtu (28/3) bahwa pembatasan harus tetap berlaku sampai Mei.

Menggarisbawahi bahaya penyakit, asosiasi dokter nasional mengumumkan kematian 11 dokter lagi pada Senin (30/3) sehingga totalnya menjadi 61 dokter.

Tidak semua dari mereka telah diuji untuk virus corona sebelum mereka meninggal. Tetapi asosiasi menghubungkan kematian mereka dengan pandemi.

Lombardy, yang berisi ibu kota keuangan Italia, Milan, menyumbang hampir 60 persen dari total kematian di Italia dan sekitar 40 persen kasus. Presiden Lombardy, Attilio Fontana, mengatakan pembatasan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pergerakan, pertemuan, dan kegiatan bisnis mencegah peningkatan jumlah kasus secara eksponensial dan perlu dipertahankan.

"Kami berada di jalur yang benar. Kami mempertahankan garis (grafik) yang tidak menanjak, tetapi juga tidak menurun," katanya.

Kepala lembaga kesehatan nasional Silvio Brusaferro, yang memberi saran kepada pemerintah tentang cara menangani krisis, juga mengatakan agar pembatasan dapat dikurangi jumlah kasus baru harus turun secara signifikan.

"Yang pasti pembukaan kembali akan terjadi secara bertahap. Kami bahkan mempertimbangkan gagasan Inggris 'stop and go', yang menggambarkan membuka sesuatu untuk jangka waktu tertentu dan kemudian menutupnya lagi," katanya.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler