Mayat Korban Covid-19 Ekuador Disimpan di Kulkas Besar

Mayat terpaksa disimpan di kulkas karena pemakaman tidak sanggup melayani.

AP Photo/Edison Choco
Petugas kepolisian melihat jenazah terduga Covid-19 yang ditutup plastik di teras perumahan di kawasan pinggiran Guayaquil, Ekuador, Sabtu (4/4). RS menolak pasien dan jenazah dibiarkan di tepi jalan selama berhari-hari sana.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, GUAYAQUIL -- Pemerintah Ekuador menyimpan mayat para korban virus corona dalam wadah besar yang didinginkan. Alasannya ratusan kematian di kota Guayaquil, pusat wabah negara itu, telah memenuhi kamar mayat dan rumah sakit.

Ekuador telah mengonfirmasi 318 kematian akibat virus, salah satu angka tertinggi di Amerika Latin. Tetapi Presiden Ekuador, Lenin Moreno mengatakan pekan ini bahwa angka sebenarnya lebih tinggi karena pihak berwenang mengumpulkan lebih dari 100 mayat sehari, banyak yang berada di rumah kerabat, karena karantina yang ketat mencegah mereka untuk dikuburkan.

Menurut Wali Kota Guayaquil, Cynthia Viteri, pemerintah memasang tiga kontainer, yang terbesar sepanjang 12 meter, di rumah sakit umum untuk melindungi mayat sampai kuburan disiapkan. Sejauh ini 150 korban telah dimakamkan di pemakaman pribadi di kota pelabuhan.

Di rumah sakit Teodoro Maldonado Carbo di Guayaquil pada hari Sabtu (4/4), pekerja medis yang mengenakan alat pelindung melepaskan mayat yang dibungkus plastik dari ruang penyimpanan dan menggunakan palet untuk mendorong mereka ke satu wadah.

"Pandemi ini melebihi kapasitas layanan rumah sakit kami," kata rumah sakit dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (3/4).

Pada hari Sabtu (4/4), pemerintah Ekuador mengatakan akan mengaktifkan sistem digital baru yang akan memungkinkan keluarga untuk mencari tahu di mana kerabat mereka yang mati dikuburkan.

Moreno mengatakan pemerintah memperkirakan jumlah total kematian di provinsi sekitar Guayaquil mencapai 3.500. Dia menambahkan 'kamp khusus' sedang dibangun untuk menguburkan yang mati, dikutip dari Reuters.


Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler