Petani Sumedang Panen Padi Hingga 12 Ton Per Hektare
Sejumlah sentra produksi padi tengah bersiap menyambut panen raya.
REPUBLIKA.CO.ID, SUMEDANG -- Sejumlah sentra produksi padi tengah bersiap menyambut panen raya. Di Desa Keboncau, Kecamatan Ujung Jaya, Kabupaten Sumedang, panen bahkan sudah berlangsung sejak awal Maret kemarin. Produktivitasnya pun terbilang tinggi.
“Panen di sini rata-rata sekitar 8 ton per hektare. Bahkan kemarin sempat ada yang bisa panen hingga 12 ton per hektare. Kami harapkan produktivitas tinggi bisa bertahan terus,” ungkap Acam, penyuluh yang bertugas mendampingi para petani di Desa Keboncau.
Saat ini harga gabah di tingkat petani dihargai Rp 4.000 per kilogram untuk gabah kering panen dan Rp 5.200 per kilogram untuk gabah kering giling. Tren harga tahun ini masih lebih baik dibanding tahun lalu yang sempat menyentuh harga Rp 3.500 per kilogram gabah kering panen.
Menurut Acam, pemerintah pusat maupun daerah kerap memberikan bantuan. Selain memberikan bantuan benih, para petani juga sempat mendapatkan bantuan berupa mesin perontok padi.
“Bantuan mesin perontok padi ini sangat bermanfaat bagi petani karena mengurangi kehilangan (losses) hasil panen. Para petani berharap pemerintah bisa menambah bantuan alsintan (alat dan mesin pertanian) ke wilayah kami,” ungkapnya.
Pandemi covid-19, diakui Acam tidak menyurutkan semangat para petani dalam bertani. “Petani di sini enjoy saja. Apalagi sekarang lagi musim panen,” ujarnya.
Pemerintah desa pun dinilainya cukup tanggap dalam mencegah kemungkinan penyebaran Covid-19. Acam mengungkapkan, setiap pendatang diwajibkan melapor ke aparatur Desa. “Selain itu, kemarin juga sempat ada penyemprotan disinfektan,” tuturnya.
Budidaya tanaman sehat
Keberhasilan produksi kali ini juga tidak lepas dari penanganan yang cepat terhadap hama dan penyakit. Menurut Angga, salah seorang Petugas THL Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) di kecamatan Ujung Jaya, para petani sempat dilanda kekhawatiran karena padi diserang penyakit blas. Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea.
“Untuk menangani penyakit blas, kami memprioritaskan penggunaan agens hayati. Di sini kami menggunakan agens hayati Paenibacillus polymyxa, hasil buatan kelompok tani setempat. Pengunaannya ramah lingkungan dan bahannya mudah diperoleh. Seandainya sudah tidak bisa diatasi oleh agens hayati, baru kami gunakan fungisida,” jelas Angga.
Penggunaan agens hayati ini merupakan bagian dari kampanye Budidaya Tanaman Sehat yang tengah digiatkan oleh Kementerian Pertanian melalui Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Melalui pola budidaya tanaman sehat, pengolahan tanah dilakukan dengan bahan organik.
“Dengan pola budidaya ini, petani bisa memperoleh tanaman padi dengan produktivitas tinggi dan proses kerja efisien. Selain itu, produk yang dihasilkan pun bermutu tinggi dan bersih secara kimiawi, sehingga harga produk mampu bersaing di pasar bebas,” terang Angga.
Selama bulan Maret lalu, petani di seluruh kabupaten Sumedang telah memanen padi pada areal seluas 7.616 hektare dengan total produksi mencapai 48.910 ton. Sementara pada bulan April ini, pertanaman padi yang akan dipanen mencapai 10.521 hektare dengan prediksi produksi sekitar 67.566 ton. Ini berarti produksi padi kabupaten Sumedang di tingkat petani pada bulan Maret dan April 2020 mencapai 116.476 ton gabah kering panen.
Pada pertengahan Maret lalu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah memprediksi musim panen April – Mei ini, stok beras nasional akan bertambah sebesar 8 juta ton. Dengan tambahan tersebut, stok beras nasional sangat aman.
“Stok beras untuk kebutuhan Ramadan hingga dan Idul Fitri aman dan terkendali. Stok ini bahkan mampu mencukupi kebutuhan warga saat pandemi Covid-19,” ungkap Syahrul ketika melakukan kunjungan ke Food Stasion Tjipinang Raya, Jakarta Timur, Rabu, (18/3).