Sidebar

Mengungkap Cerita Haji Era Khilafah Ustmani (Bagian 1)

Monday, 06 Apr 2020 23:02 WIB
Mengungkap Cerita Haji Era Khilafah Ustmani. Foto: Masjidil Haram tempo dulu.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Para Khalifah sepeninggal Rasulullah menempuh cara yang sama, sebagaimana yang dilakukan Rasul, yaitu mengangkat Amirul Haj, dan menjadikan haji layaknya Muktamar Islam Akbar. Begitu pun di masa Khilafah ‘Ustmani, dimana saat itu belum ada sarana transportasi yang cepat dan nyaman.


Sejarawan Islam KH Hafidz Abdurrahman menceritakan wilayah Syam, dengan letak geografisnya, telah menjadi pusat pertemuan para jamaah haji yang datang dari Arab, Persia, Kurdi, Turkmen, India, Georgia, Albania, Afganistan, dan sebagian jamaah yang berasal dari Asia Tenggara.

Mereka  datang melalui jalur darat. Sedangkan wilayah timur Islam, dengan pertimbangan jalur darat, antara Damaskus dan Hijaz adalah jalur paling pendek untuk kafilah haji yang berangkat untuk menunaikan ibadah haji, begitu juga kafilah dagang sejak dulu, dan zaman sebelum Islam.

Persiapan sarana haji telah dimulai tiga bulan sebelum musim haji. Negara ‘Utsmani, di bawah pimpinan Sultan ‘Utsmani telah memberikan perhatian besar kepada tempat ini. Lajnah Khusus, dengan kedudukan tinggi, yang berhubungan langsung dengan as-Shadr al-A’dham [semacam kepala pemerintahan], telah diberi tugas.

"Tugas utamanya memonitor dan memperhatikan semua urusan rombongan haji di wilayah-wilayah Islam, serta menginstruksikan kepada wali di wilayah-wilayah itu untuk memenuhi kebutuhan rombongan, memastikan keamanan dan keselamatannya, serta menyiapkan seluruh sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Karena ini menunjukkan wibawa negara," ungkap kiai Hafidz, Jumat (3/4).

Hafidz menyebut kota-kota induk Islam, seperti Kairo [Mesir], Baghdad [Irak] dan Damaskus [Suriah] mulai mempersiapkan sarana dan prasarana rombongan haji. Wali di wilayah tersebut akan mengangkat Amirul Haji dari figur-figur yang dikenal mampu dan bertakwa.

 

 

Berita terkait

Berita Lainnya