UI Kembangkan Ventilator untuk Pasien Corona

Keunggulan ventilator COVENT-20 ialah biaya produksi lebih murah dan compact.

BBC
Ventilator, salah satu alat penting yang dibutuhkan dalam menangani pasien Covid-19. Tim Ventilator Universitas Indonesia (UI) mengembangkan ventilator transport lokal rendah biaya berbasis sistem pneumatik (COVENT-20) guna memenuhi kebutuhan ventilator rumah sakit di Indonesia selama pandemi virus corona.
Rep: Rizky Suryandika Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Tim Ventilator Universitas Indonesia (UI) mengembangkan ventilator transport lokal rendah biaya berbasis sistem pneumatik (COVENT-20) guna memenuhi kebutuhan ventilator rumah sakit di Indonesia selama pandemi virus corona. Alat itu hasil kolaborasi dari para peneliti lintas jurusan.

Baca Juga


Berdasarkan data Maret 2020, jumlah rumah sakit di seluruh Indonesia mencapai 2.867 dengan 8.413 unit ventilator. Jumlah ventilator terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat (1.215 ventilator untuk 364 rumah sakit) dan DKI Jakarta (1.071 ventilator untuk 190 rumah sakit).

Padahal sejak Maret 2020, jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan. RS Rujukan dan RS Darurat di Indonesia semakin banyak membutuhkan Ventilator. Diperkirakan dalam bulan April ini dibutuhkan tambahan 400-500 Ventilator.

"Saat ini di Indonesia ada sekitar 70-an distributor ventilator yang dapat memasok 231 jenis/tipe Ventilator Impor. Dengan kondisi pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, terjadi keterbatasan stok ventilator impor. Sementara belum ada ventilator lokal produksi asli Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri,” kata Ketua Tim Ventilator UI, Basari dalam siaran pers, Selasa (7/4).

Basari menjelaskan dalam praktiknya ada 2 tipe ventilator yaitu yang digunakan di ruang ICU dengan mode lengkap dan ventilator transport biasanya hanya 1 mode dan bisa digunakan dalam kondisi emergency. Basari dan timnya fokus pada ventilator transport.

"Pertimbangannya ketersediaan sparepart lokal lebih banyak, PDP dan pasien positif Covid-19 yang mengalami gagal nafas membutuhkan ventilator transport untuk perjalanan dari rumah ke rumah sakit, serta mode ventilasi yang dapat diatur," ujar Basari.

Terkait mode ventilasi COVENT-20, Basari memaparkan ventilasi multimode yang digunakan ialah sistem mode Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) untuk pasien PDP yang biasanya masih sadar. Sehingga hanya perlu dibantu diberikan oksigen ke paru-paru.

Adapun mode Continuous Mandatory Ventilation (CMV) digunakan untuk pasien positif Covid-19 dengan gejala pneumonia berat yang tidak dapat mengatur pernafasannya, sehingga perlu dikontrol dengan mode CMV. Ventilator ini juga dilengkapi Positive End Expiratory Pressure (PEEP).

"Keunggulan COVENT-20 biaya produksi lebih hemat, compact, portable, hemat energi, serta mudah dioperasikan sehingga aman bagi PDP maupun pasien positif Covid-19 untuk perjalanan dari rumah atau ruangan observasi ke ruangan isolasi," ucap Basari.

Sementara itu, Dekan FTUI Hendri DS Budiono menuturkan biaya pembuatan COVENT-20 lebih rendah bila dibandingkan dengan tipe ventilator transport komersial yang tersedia saat ini. CONVENT-20 juga memiliki ventilasi multimode, hemat energi dengan baterai lithium-ion dan memiliki bentuk ringkas dan sederhana.

"Pengoperasian yang mudah, serta menggunakan filter bakteri sehingga aman digunakan baik untuk PDP dan maupun pasien positif Covid-19," ucap Hendri.

Saat ini Tim Ventilator UI telah menyelesaikan proses kalibrasi awal COVENT-20 di perusahaan Kalibrasi PT Medcalindo dengan hasil yang menjanjikan. Tahapan selanjutnya pengujian di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), dan uji klinis di RSUI sebelum pengurusan izin produksi dan izin edar dari Kementerian Kesehatan dan produksi massal. Inovasi ventilator karya UI ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan rumah sakit di Indonesia. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler