Kemenhub: Angkutan Orang Ojek Daring Turun Hingga 80 Persen

Layanan ojek daring dinilai telah menurun sebelum ada PSBB.

ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Seorang pengguna ojek online menunjukkan aplikasi GoRide, ilustrasi
Rep: Rizky Suryarandika Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan mengungkap jumlah angkutan penumpang perusahaan aplikasi transportasi seperti Gojek dan Grab mengalami penurunan signifikan. Penurunan itu bahkan sudah terjadi sebelum penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Baca Juga


Kemenhub terus berkoordinasi dengan Gojek dan Grab dalam menghadapi dampak pandemi corona di sektor jasa transportasi dan pengiriman barang. Kemenhub mendapat data perihal pertumbuhan dan penurunan layanan Gojek dan Grab.

"Aplikasi layanan beberapa aspek tunjukkan kriteria yang sebetulnya stagnan, naik sedikit, dan ada yang turun. Untuk (angkutan) penumpang turun banyak sampai 60-80 persen," kata Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi dalam konferensi pers virtual pada Ahad, (12/4).

Kemudian, layanan pengantaran makanan dan minuman masih berperforma baik. Hanya saja, layanan jenis itu terhambat dengan adanya warung atau restoran yang tutup selama corona.

"Untuk makanan relatif stabil. Masalahnya di suplai saja karena banyak warung, mal tutup," ujar Budi.

Selain antar makanan dan minuman, jasa ojek daring praktis sangat mengandalkan layanan antarbarang. Masyarakat dianggap memaksimalkan layanan itu demi menghindari terpapar corona.

"Yang naik itu untuk jasa angkut barang. Naik tapi tidak tajam," ucap Budi yang tak merinci angka kenaikannya.

Dalam Permenkes terbaru soal corona mengatur tentang jarak sosial, yang salah satunya menghindari menaiki ojek karena berpotensi menularkan corona. Namun dalam Permenhub Nomor 18 tahun 2020 tetap mengizinkan pengakutan orang oleh ojek daring, syaratnya memenuhi protokol kesehatan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler