Muhammadiyah: Rumah Sakit Butuh Ventilator

Tanpa ventilator rumah sakit hanya sekadar tempat isolasi.

EPA
Ventilator. Rumah sakit harus memilih pasien yang harus diprioritaskan untuk ditangani saat pasien membeludak, terlebih saat fasilitas terbatas, salah satunya ventilator.
Rep: Wahyu Suryana Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah, Drs Mohammad Agus Samsudin mengatakan, kebutuhan RS atas ventilator dalam menangani Covid-19 sangat tinggi, termasuk Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA).

Agus menekankan, sebanyak 59 RSMA yang kini ditunjuk melayani pasien Covid-19 masih sangat membutuhkan tambahan ventilator. Ia mengingatkan, tanpa ventilator fungsi rumah sakit sekadar tempat isolasi pasien-pasien Covid-19.

"Ventilator ini di seluruh Indonesia pasti kurang, karena di Ruang ICU untuk kondisi normal 10 sudah banyak, tapi karena kondisi ini tidak normal, jumlah pasien datang setiap hari, otomatis pasti kurang," kata Agus, Ahad (12/4).

Agus turut mengingatkan pemerintah jika kondisi ini tentu membuat pendapatan turun tapi pengeluaran meningkat. Karenanya, ia berharap, pemerintah membuat sistem pembayaran Covid-19 ini serealistis mungkin sesuai keadaan lapangan.

Kemudian, ia meminta pembayaran dari BPJS bisa dipercepat. Jadi, verifikasi dan proses dipercepat, sehingga rumah sakit tidak harus menunggu 3-4 bulan agar bisa menerima, yang tentu akan sangat membantu keuangan rumah sakit.

Selain itu, Agus mengimbau pemerintah memikirkan penghapusan pajak untuk RS. Sebab, selama ini pendapatan rumah sakit tentu saja berkurang sangat banyak, tapi saat bersamaan rumah sakit memiliki pengeluaran yang jauh lebih banyak.

"Terakhir, kita minta bantuan pemerintah membantu mengendalikan harga APD, sebab sekarang harga melambung, dan ada uangnya belum tentu ada barangnya, jadi pengadaan dan stabilitas harga APD menjadi sangat penting," ujar Agus.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler