Biro Travel Tunggu Kepastian Resmi Soal Umroh Ramadhan
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Adinda Azzahra Tour menanti keputusan kerajaan Arab Saudi soal penyelenggaraan umroh khusus periode Ramadhan tahun ini. Hingga saat ini, pemerintah Indonesia masih menggantungkan nasib umroh Ramadhan.
CEO Adinda Azzahra Tour, Priyadi Abadi mengatakan belum mendapat informasi resmi dari Kementerian Agama (Kemenag) tentang kepastian penyelenggaraan umroh Ramadhan. Pihaknya bersikap menunggu arahan Kemenag saja.
"Nah karena belum ada informasi resmi, kami pertimbangkan wait and see. Tapi kami sudah siap-siap jika Ramadhan ini tidak ada umroh," kata Priyadi pada Republika.co.id, Jumat (17/4).
Pihak Az Zahra Travel masih mempertimbangkah langkah selanjutnya jika umroh Ramadhan tahun ini batal. Pihaknya juga belum menyosialisasikan pembatalan umroh Ramadhan ke jamaah.
"Kita akan reschedule sampai dibuka lagi umrohnya oleh Arab. Tapi belum dikomunikasikan opsi itu karena kami masih koordinasi dan mencari informasi perihal kepastian itu," ujarnya.
Priyadi mengakui tingginya minat jamaah umroh pada periode Ramadhan karena dianggap punya keistimewaan tersendiri. Hanya saja, perusahaannya memang tak menaruh fokus utama pada pemberangkatan umroh Ramadhan saja. "Kami fokusnya di Halal Travel, tapi kira-kira ada 250 orang khusus umroh Ramadhan. Paketnya ada umroh Ramadhan full, ada yang reguler, ada yang Lailatul Qadar saja," ucap Priyadi.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Nizar Ali mengatakan Kementerian Haji Arab Saudi memprediksi umroh pada Ramadhan 90 persen akan ditutup.
Hingga Rabu (15/4) ini, Nizar mengatakan kondisi di hotel-hotel bintang lima di Makkah masih digunakan untuk karantina orang Arab Saudi yang baru datang dari luar negeri. Hingga saat ini, Saudi masih menutup penyelenggaraan umroh demi menghindari meluasnya penyebaran virus corona.
Kabinet Arab Saudi mengimbau warga dan penduduk di Arab Saudi harus mematuhi langkah-langkah pencegahan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sejauh ini Kerajaan Arab Saudi melaporkan sebanyak 5.369 kasus virus corona dengan 73 kematian.