Israel Mulai Longgarkan Lockdown

Pelonggaran lockdown Israel artinya warga boleh bergerak 500 meter dari rumahnya.

AP
Polisi Israel memeriksa surat-surat dari warga Palestina di Kota Tua Jerusalem, untuk membatasi pergerakan dalam mencegah penyebaran virus Corona, Senin (30/3). Mulai Ahad (14/4) lockdown di Israel akan diperlonggar.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel secara bertahap akan membuka kembali aktivitas ekonomi dan mengurangi pembatasan mulai Ahad (19/4). Hal ini disebabkan penyebaran virus corona tipe baru atau Covid-19 mulai melambat.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, kebijakan lockdown telah efisien mengurangi penyebaran virus corona. Dia mengeklaim Israel berhasil melawan pandemi Covid-19.

"Hasil baik ini memungkinkan kami  mulai mengambil langkah-langkah ke arah yang berlawanan, bukan pengetatan, tetapi pelonggaran," ujar Netanyahu dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi.

Netanyahu mengatakan, pemerintah akan membuka kembali sejumlah toko dan mengizinkan pegawai bekerja. Pelonggaran lockdown tersebut membuat tingkat kepegawaian di tempat kerja meningkat menjadi 30 persen dari 15 persen. Namun, mal dan pasar besar tetap ditutup.

Pemerintah Israel memberlakukan lockdown mulai 14 Maret dengan menutup kantor, sekolah, dan memerintahkan seluruh warga untuk tetap tinggal di rumah. Warga diizinkan keluar rumah untuk membeli bakan makanan, pergi ke apotek, dan bekerja. Selain itu, warga dilarang  berjalan lebih dari 100 meter dari rumah mereka.

Netanyahu mengatakan, pelonggaran lockdown akan mengizinkan warga untuk berjalan 500 meter dari rumah mereka. Selain itu, kegiatan ibadah dengan jumlah 10 orang akan diizinkan dengan syarat harus mengenakan masker dan menjaga jarak. Sementara sekolah tetap ditutup.

Pemberlakuan lockdown telah menghancurkan perekonomian Israel dan membuat sejumlah bisnis tutup. Selain itu, tingkat pengangguran Israel melonjak di atas 25 persen.

Israel melaporkan, hampir 13.300 kasus virus corona dengan 164 kematian pada Sabtu (18/4) malam. Kementerian Kesehatan Israel mengatakan, jumlah kasus baru di negara tersebut menurun dalam dua minggu terakhir.

Israel mencatat puncak pandemi virus corona terjadi pada 31 Maret dengan 741 kasus. Setelah itu, jumlah kasus baru berangsur menurun yakni 271 pada 17 April, dilansir dari Reuters.



Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler