Tes Antibodi tak Terverifikasi Bisa Picu Infeksi Covid-19

Tidak ada bukti valid bahwa orang yang pulih dari virus corona tidak dapat terinfeksi

AP/Seth Wenig
Tes kit antibodi (ilustrasi).
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Berbagai negara tengah berjuang mengembangkan tes antibodi yang bisa diandalkan untuk mendeteksi infeksi virus Covid-19 dan mengukur tingkat kekebalan tubuh. Namun jangan sampai keliru, tes antibodi yang tidak diverifikasi dinilai justru berisiko meningkatkan infeksi Covid-19.

Koordinator nasional dari program pengujian virus corona di Inggris, John Newton, mengatakan saat ini banyak hasil tes antibodi yang menyesatkan dan malah meningkatkan risiko penyebaran virus. Dia juga mencatat, banyak lembaga dan individu yang melaporkan ketidakakuratan hasil tes.

"Pemerintah didukung oleh para ahli dan regulator terkemuka di dunia terus bekerja keras secara cepat memberikan kit pengujian antibodi yang dapat diandalkan dan akurat untuk melawan penyebaran virus dan memungkinkan orang kembali bekerja dengan aman," kata Newton dikutip dari the Guardian, Sabtu (18/4) waktu setempat.



Dia menyarankan pihak berwenang, baik itu pemerintah atau swasta tidak menggunakan tes antibodi yang belum terstandar atau terverifikasi. Sebab menurut Newton, itu sama sekali tidak bermanfaat dan malah menjadi kemunduran.

Dia optimistis dengan kerja keras para peneliti di seluruh dunia bahwa alat tes yang akurat akan segera ditemukan. Jika tes yang andal telah ditemukan, itu akan membantu melawan virus Covid-19 yang hingga kini masih mewabah.

Pada Maret lalu, Sekretaris Kesehatan Inggris Matt Hancock, mengumumkan telah membeli tes antibodi untuk memasok kebutuhan dalam negeri. Namun para peneliti menemukan tidak ada tes yang memenuhi standar Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan (MHRA).

Ahli epidemiologi senior dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Maria Van Kerkhove, mengatakan tidak ada bukti valid bahwa orang yang pulih dari virus corona memiliki kekebalan dan tidak dapat terinfeksi virus Covid-19 kembali. Tes antibodi memang dapat mengukur tingkat seroprevalensi (tingkat antibodi) tetapi itu tidak membuat antibodi seseorang menjadi lebih kebal.

Van Kerkhove menyebut, ada banyak negara yang menggunakan tes serologi diagnostik cepat untuk mengukur kekebalan tubuh. "Saat ini, kami tidak memiliki bukti penggunaan tes serologis dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki kekebalan atau dilindungi dari infeksi ulang," kata dia pada konferensi pers di Jenewa.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler