Bhumi Gonjang Ganjing, Pewayang Terdampak Covid

Sejak terjadi pandemi tak lagi ada pertunjukan atau pentas para seniman.

Maulana Surya/ANTARA FOTO
Patung wayang yang dipasangi masker kain di halaman Balai Kota Solo, Jawa Tengah, Ahad (19/4). Pemkot Solo memasang masker pada patung- patung wayang yang ada di wilayah Balai Kota Solo tersebut sebagai salah satu bentuk kampanye penggunaan masker bagi masyarakat guna mencegah penularan COVID-19
Rep: Bowo S Pribadi Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Bowo S Pribadi, jurnalis Republika dari Semarang, Jawa Tengah


Pandemi Covid-19 (vrus Corona) yang belum kunjung mereda juga menjadi pukulan berat bagi para pekerja seni. Di Kota Semarang, situasi ini juga dirasakan para seniman Wayang Orang (WO) Ngesti Pandowo.

Sejak Corona terkonfirmasi di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, kelompok seni wayang orang legendaris ini pun tak lagi menyapa penggemarnya, alias tidak pernah manggung di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang.

Semenjak itu pula rejeki mereka dari pertunjukan wayang orang tak lagi ‘menetes’. “Sebulan lebih, tidak pentas, maka kami pun tak punya pemasukan,” ungkap Sri Wahyuni (59), salah satu anggota WO Ngesti Pandowo, di lingkungan pemukiman anggota WO Ngesti Pandowo, lingkingan Arya Mukti, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, Ahad (19/4).

Kalau ada pertunjukan wayang orang --tutur perempuan yang menjadi pekerja seni sejak tahun 1973 ini-- biasanya ia bisa mendapatkan Rp 40.000, pendapatan yang juga tidak terlalu besar untuk kebutuhan hidup sekarang.

Namun sejak terjadi pandemi Corona, praktis tak lagi ada pertunjukan atau pentas dan imbas bagi para pekerja seni di WO Ngesti Pandowo tersebut cukup terasa, setelah ada imbauan pemerintah guna mematuhi protocol pencegahahan penyebaran wabah.

Seniman Wayang Uwuh (sampah) Iskandar Hardjodimuljo menggantungkan paket sembako yang akan dibagikan di di Jalan Cawang Baru Utara, Jakarta, Sabtu (18/4/2020). Paket sembako gratis tersebut diperuntukan bagi warga yang membutuhkan akibat terkena dampak berkurangnya penghasilan karena penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta - (ANTARA FOTO)

Kendati begitu, lanjutnya, semuanya tidak lantas putus asa dan akan tetap menekuni mencintai dunia seni, wayang orang. Sementara tak ada pemasukan, mereka pun menyambung hidup dengan berbagai macam cara.

“Seperti berjualan kecil- kecilan di rumah, ada yang menjadi driver ojek online (ojol) atau mencari pekerjaan tak tetap lainnya, yang penting ada pemasukan,” jelas perempuan yang kerap mendapatkan peran sebagai ‘mbok emban’ tersebut.

Hal ni diamini oleh Bagiyo Gareng, pekerja seni Ngesti Pandowo lainnya. Menurutnya, saat ini hampir 70 anggota Ngesti Pandowo terdampak kesulitan secara ekonomi, karena dampak wabah Corona.

Karena tidak ada lagi pertunjukan wayang orang di TBRS, maka penghasilan mereka juga kian tak menentu. Tidak hanya 23 kepala keluarga (KK) yang kini tinggal di lingkungan Arya Mukti tersebut, maupun mereka yang menontrak atau tinggal di rumah susun (rusun) di beberapa tempat.

Akibatnya, beberapa di antara mereka terpaksa harus mencari pekerjaan sampingan agar dapur mereka tetap mengepul.”Karena sebagian besar seniman Ngesti Pandowo juga harus menghidupi keluarga,” jelasnya.

Pemilik nama Sumar Bagyo ini juga mengakui, kalau tidak ada Corona, sebenarnya pentas wayang orang bisa menghidupi para pekerja seni tersebut. “Tapi sekarang, semua memang terdampak, bahkan semua seniman di Jawa Tengah juga terdampak,” tegasnya.

Pementasan wayang orang (ilustrasi). - (Maulana Surya/ANTARA FOTO)

Meski begitu, ia tetap meminta teman- temannya untuk bersabar dan tak lupa bersyukur masih bisa mencari cara lain guna mendapatkan penghasilan untuk menyambung hidup.

Tak lupa juga mengharapkan semua tetap berdoa agar ‘pagebluk’ Corona ini segera berakhir. “Kalau dibilang stres ya stres, tapi kita harus tetap bersabar dan semoga Corona ini juga bisa segera berakhir,” tegasnya.

Gubernur Jawa Tengah, yang menyambangi para pekerja seni WO Ngesti Pandowo ini mengatakan sengaja mampir untuk menengok kondisi mereka, yang biasa manggung di TBRS terebut. Selain memastikan mereka dalam kondisi sehat, gubernur juga datang untuk memberikan bantuan.

“Saya senang karena kawan- kawan seniman ini terus berupaya untuk bertahan. ada yang berjualan kecil- kecilan, ada yang nambi driver ojol dan mencoba mencari pekerjaan yang halal lainnya,” kata Ganjar Pranowo.

Mereka, jelasnya, merupakan orang- orang hebat, orang- orang yang tak gampang mengeluh atau patah semangat dan tetap terus berusaha di tengah kondisi dan situasi yang serba sulit seperti saat ini.

Pandemi Corona tak hanya berdampak bagi kesehatan masyarakat, namun juga terus mengakibatkan dampak sosial dan ekonomi. Maka, selain memberikan bantuan, gubernur juga meminta mereka untuk tetap eksis bekerja di bidang seni yang sudah ditekuni selama inidunia seni, meskipun tidak bisa tampil di panggung.

Bahkan gubernur mengajak mereka tetap main wayang orang dengan cara streaming di media sosial, tidak perlu durasi utuh yang penting tetap bisa eksis. Nantinya cara ini bisa kombinasi dengan  penggalangan donasi.

Ia berharap, semua masyarakat peduli terhadap warga yang terdampak Corona, tidak hanya dunia usaha, tapi juga di dunia seni. “Mereka juga harus kita perhatikan dan mudah-mudahan kepedulian masyarakat semakin tinggi pada mereka yang terdampak virus ini,” kata dia.

Insentif

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)  mendata sebanyak 40.081 seniman yang terdampak pandemi covid-19 di Tanah Air. Para pekerja seni terkena dampak dari covid-19, karena tidak ada lagi pertunjukan hingga festival.

"Hingga saat ini, jumlah seniman yang terdata sebanyak 40.081. Angka ini terus bertambah hingga pendataan ditutup pada Rabu (8/4) dini hari," ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, dalam konferensi pers daring di Jakarta, Selasa (7/4).

Rata-rata penghasilan pekerja seni tersebut sekitar Rp 5 juta per bulan. Namun, lantaran tidak ada lagi acara maka mereka tidak mendapatkan penghasilan.

Seniman yang tergabung dalam Aku Badut Indonesia (ABI) saat melakukan kampanye pencegahan penyebaran virus Corona (Covid-19) di kawasan Pasar Rebo, Jakarta, Sabtu (18/4). Kampanye tersebut sebagai bentuk kepedulian ABI terhadap pandemi Corona yang belum juga mereda - (Republika/Putra M. Akbar)

Untuk solusinya, Kemendikbud membaginya menjadi dua skema. Pertama, untuk seniman dengan kriteria yang berpenghasilan di bawah 10 juta per bulan, sudah berkeluarga, tidak memiliki program lain, dan belum mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). Mereka diusulkan untuk mendapatkan program PKH dari Kementerian Sosial. "Jumlah dari yang mendaftar tersebut sekitar 11.873 pekerja seni atau 29,62 persen," ucap dia.

Kedua, seniman yang mempunyai penghasilan di bawah 10 juta per bulan, tidak punya penghasilan lain, belum berkeluarga, belum mendapatkan bantuan sosial, maka diusulkan untuk mendapatkan kartu prakerja. Jumlah sekitar 9.122 dari jumlah seniman yang terdata tersebut.

Hilmar menambahkan dirinya sudah berkoordinasi dengan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy, yang kemudian diteruskan kepada Presiden Joko Widodo. Sementara untuk pekerja seni yang tidak termasuk dua skema tersebut, Kemendikbud menyiapkan platform daring yang disiarkan melalui media sosial yakni budayasaya.

Melalui platform daring tersebut, lanjut Hilmar, seniman dapat terus berkegiatan seni. Dia berharap melalui pertunjukan daring itu memiliki dampak, tidak hanya pada seniman tapi juga teknisi yang berada di belakang layar.

"Untuk Direktorat Jenderal Kebudayaan sendiri, ada beberapa anggaran yang digeser. Misalnya Indonesiana, seharusnya dilakukan di 40 daerah namun dibatalkan, dan anggarannya dialihkan ke pertunjukan daring," kata dia. n

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler