Ibadah Ramadhan di Rumah Wujud Peduli Keselamatan Sesama
Ibadah Ramadhan di rumah wujud kepedulian terhadap sesama.
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Pandemi Covid-19 masih membuat banyak orang merasa khawatir. Apalagi, selama Ramadhan, tentu saja banyak ibadah yang tidak bisa dijalankan seperti tahun-tahun sebelumya seperti sholat
Tarawih maupun iktikaf di masjid. Hal ini jadi perhatian Lembaga Dakwah Kampus Universitas Islam Indonesia (UII), dengan mengadakan kajian Ramadhan 1441 Hijriyah yang digelar lewat Google Meet. Kajian yang mengangkat tema Ramadhanku yang Dulu itu diisi Ustaz Ahmad Dahlan.
Ustaz Dahlan mengatakan, banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyiasati agar ibadah tetap maksimal. Dimulai melakukan persiapan reguler seperti yang biasa dilakukan tahun-tahun sebelumnya dengan mempelajari serba-serbi Ramadhan.
Lalu, persiapkan kondisi badan tetap fit untuk menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh dan harta untuk infak atau sedekah. Dahlan melihat, pandemi Covid-19 malah bisa jadi momentum mendekatkan diri dengan orang-orang terdekat.
"Lakukan tarawih berjamaah dengan keluarga maupun teman-teman satu kos, kondisi ini dapat menjadi momentum untuk belajar menjadi imam sholat, belajar perbaiki bacaan Alquran, maupun menambah hafalan-hafalan Alquran," kata Dahlan.
Dia menekankan, keutamaan Ramadhan 2020 masih sama dengan Ramadhan tahun-tahun yang lalu. Walaupun, pandemi membuat masyarakat harus beribadah di rumah sesuai anjuran Kementerian Agama dan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dahlan menyarankan, hendaknya kita memahami segala sesuatu yang terjadi tentu atas kehendak Allah SWT. Sehingga, apapun itu tidak mempengaruhi manusia dalam melakukan ibadah kepada-Nya, dan lebih dari itu niat utama hanya ke Allah SWT.
Selain itu, dia mengingatkan seorang Mukmin dilarang menzalimi orang lain. Beribadah di rumah merupakan salah satu ikhtiar atau usaha agar seorang Mukmin yang dikhawatirkan membawa Covid-19 tidak menulari saudaranya.
"Kita beribadah di rumah untuk tidak menzalimi orang lain merupakan bentuk dari ketaatan kepada Allah SWT," ujar Dahlan.
Kemudian, dia mengajak masyarakat mengambil sisi positif dari perubahan ini. Sebab, semua orang menjadi waktu yang jauh lebih banyak di rumah, yang mana turut berarti semua orang bisa lebih fokus dalam beribadah selama Ramadhan.
Misalkan, ketika keadaan normal, mungkin kita hanya akan fokus selama 10 hari terakhir karena sebelumnya sibuk aktivitas di luar rumah seperti kuliah atau kerja. Contoh lain, tahun ini kita mendapat banyak waktu mengkhatamkan Alquran.
"Atau, menjadi lebih produktif dengan belajar ilmu-ilmu syar'i, menulis buku dan menyelesaikan skripsi," kata Dahlan.