7 Pesawat Lion Air Parkir di BIM Selama Penutupan Bandara
Bandara Minangkabau dipilih karena biaya lebih murah.
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG PARIAMAN -- GM Angkasa Pura II BIM, Yos Suwagiono mengatakan maskapai Lion Air memilih memarkirkan pesawatnya di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) selama penutupan bandara untuk mendukung Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Maskapai ini merupakan yang mendominasi penerbangan masuk dan keluar Sumbar.
Yos menyebut BIM yang terletak di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat melakukan penutupan seluruh penerbangan mengangkut penumpang yang berangkat maupun yang datang mulai Jumat (24/4) hingga Senin (1/6) mendatang. "Saat ini hanya maskapai Lion Air yang mengajukan parkir di BIM. Kemudian juga menyusul nantinya dari maskapai Batik Air yang juga satu grup dengan Lion. Hingga saat ini ada sekitar 7 pesawat Lion Air yang telah parkir tiga hari lalu," kata Yos.
Yos Suwagiono menambahkan salah satu alasan Lion Air parkir di BIM adalah kapasitas di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng penuh. Selain itu BIM juga mengambil tarif lebih murah dibandingkan bandara lainnya.
"Biayanya lebih murah kalau dibandingkan parkir di Cengkareng," ucap Yos
Ia mengatakan saat ini belum menghitung berapa biaya yang akan dikenakan untuk pesawat yang parkir tersebut. Apalagi saat ini perusahaan maskapai penerbangan juga mencoba mengajukan agar mendapat harga yang lebih murah, mengingat kondisi terkena wabah saat ini.
Yos menyebut BIM memiliki kapasitas parkir yang dapat menampung belasan pesawat berbagai ukuran.
"Belum ada penawaran dari maskapai yang lain (untuk parkir). Mereka juga banyak parkir di tempat lain seperti di Cengkareng, Palembang, atau Kualanamu," kata Yos menambahkan.
PT Angkasa Pura Cabang BIM Sugiyono turut melakukan penghentian layanan penumpang untuk mendukung aturan pemerintah pusat mengenai larangan mudik sebagai upaya untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Yos menyebut selama penutupan penerbangan komersial itu, BIM masih akan tetap beroperasi hanya melayani penerbangan kargo dan sejumlah penerbangan khusus. Yos mencontohkan operasional BIM tetap berjalan seperti untuk melayani penerbangan pimpinan lembaga tinggi Negara Republik Indonesia dan tamu atau wakil kenegaraan dan perwakilan organisasi internasional.
Kemudian, operasional penerbangan khusus repatriasi (repatriasi flight) seperti pemulangan WNI maupun WNA, Operasional penegakan hukum, ketertiban, dan pelayanan darurat dan operasional lainnya dengan izin dari pemerintah. BIM juga beroperasi sebagai bandara alternatif apabila terdapat pesawat yang mengalami kendala teknis dan operasional, dan membutuhkan bandara terdekat untuk mendarat.