Meksiko Kosongkan Pusat Penampungan Migran

Pengosongan pusat penampungan migran Meksiko untuk menahan penyebaran corona.

AP Photo/Rebecca Blackwell
Petugas menyemprot disinfektan di sudut Kota Mexico City, Senin (6/4). Masalah keamanan merupakan salah satu tantangan Meksiko dalam menyediakan pasokan makanan.
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, KOTA MEKSIKO -- Meksiko hampir mengosongkan seluruh pusat-pusat penampungan migran milik pemerintah selama lima minggu terakhir, Ahad (26/4). Upaya itu dilakukan dengan mengembalikan migran ke negara asal agar dapat menahan penyebaran pandemi virus corona.

Baca Juga


National Migration Institute (INM) mengatakan, untuk mematuhi pedoman kesehatan dan keselamatan, telah memindahkan migran dari 65 fasilitas migrannya sejak 21 Maret. Tempat tersebut menampung sebanyak 3.759 orang pada bulan lalu.

INM menjelaskan, pusat migran dan tempat penampungan institut memiliki kapasitas total 8.524 ruang. Dalam minggu-minggu berikutnya, Meksiko telah mengembalikan 3.653 migran ke Guatemala, Honduras, dan El Salvador melalui jalan darat dan udara. Upaya itu membuat jumlah migran berkurang drastis dan  hanya menyisakan 106 orang saja di pusat-pusat itu.

Meski migran di pusat penampungan telah banyak dikembalikan, masih ada lusinan tempat perlindungan lainnya yang dikelola oleh berbagai organisasi keagamaan dan non-pemerintah di seluruh negeri. Migran yang tetap di pusat-pusat INM adalah para migran menunggu hasil permintaan suaka atau sidang pengadilan dan meminta izin untuk tinggal.

Sedangkan migran yang harus dipulangkan biasanya melakukan perjalanan secara ilegal. Mereka tertahan dan akhirnya harus kembali ke negara asal karena tidak memiliki dokumen pendukung.

Ahli migrasi di San Diego State University, Victor Clark Alfaro mengatakan, pengumuman itu berjalan seiring dengan kesiapan pemerintah Meksiko untuk menjaga jumlah migran tetap di bawah tekanan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump. "Hari ini, kebijakan Meksiko adalah menahan dan mendeportasi," katanya. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler