Komisi IX DPR RI Evaluasi Program Belajar dari Rumah TVRI
Mayoritas program BDR ini hanya terpusat di Pulau Jawa.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menggelar rapat dengar pendapat dengan Direktur Utama TVRI membahas evaluasi program Belajar dari Rumah (BDR), pada Senin (27/4). Program yang sudah ditayangkan sejak Senin (13/4) merupakan sebuah upaya untuk memudahkan akses pembelajaran bagi pelajar di seluruh pelosok Indonesia. Mengingat sejak pandemi Covid-19 kegiatan belajar mengajar di sekolah ditiadakan.
"Hal ini sangat bermanfaat terutama untuk siswa di daerah 3T yang memiliki kesulitan sinyal internet,” tegas Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, dalam pesan singkatnya kepada Republika.co.id, Senin (27/4).
Namun demikian, Hetifah menekankan, pentingnya pendataan mengenai jumlah penonton di daerah. Menurutnya, paparan yang diberikan oleh TVRI menunjukkan bahwa jumlah penonton masih terpusat di Pulau Jawa dan belum tersebar secara merata ke pulau lainnya di Indonesia. Untuk Kalimantan sendiri hanya diwakilkan oleh Banjarmasin.
"Oleh karena itu, akan baik sekali apabila TVRI dapat memberikan keterangan mengenai berapa banyak penonton yang mengakses program BDR dari berbagai daerah di luar Jawa. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa para pelajar kita di daerah 3T juga menikmati tayangan pendidikan seperti pelajar di daerah lain,” ungkapnya.
Mengingat beragamnya kondisi keluarga, Hetifah juga mengusulkan, fitur tayang ulang. Apalagi program BDR dilaksanakan hanya pada pagi hari, sedangkan kesediaan waktu orang tua dan kepemilikan TV setiap keluarga beragam. Mulai dari, orang tuanya dapat mendampingi anak di sore hari, ada juga keluarga yang hanya punya satu TV.
"Oleh karena itu, sebaiknya ada fitur tayang ulang sehingga anak dapat didampingi orang tua dan tidak perlu berebut untuk menonton di pagi hari,” usul politikus Partai Golkar tersebut.
Terakhir, Hetifah juga mempertanyakan kebocoran soal dan kunci jawaban dari tayangan BDR. Karena, sebelum program disiarkan, soal dan kunci jawaban sudah tersebar di Youtube. Hal ini menjadikan anak tidak menonton materi pelajaran di TVRI dan memilih menyontek jawaban di youtube.
"Sebaiknya TVRI dapat menghindari kebocoran ini agar tujuan utama pendidikan anak dapat berjalan secara efektif," katanya.