Berbuka dengan yang Manis Disunnahkan, Gorengan Jangan
Berbuka puasa dianjurkan dengan yang manis seperti kurma.
REPUBLIKA.CO.ID, Makanan dan minuman manis memang dianjurkan untuk santapan awal buka puasa. Tapi, bukan berarti semua makanan atau minuman manis boleh dikonsumsi, apalagi jika mengandung kadar gula tinggi. Menurut ahli gizi Rita Ramayulis DCN MKes, prinsip makanan saat berbuka puasa adalah mengembalikan kadar glukosa darah menjadi normal, setelah 14 jam tidak mengonsumsi makanan.
Ia menganjurkan agar mengonsumsi makanan dengan kadar gula yang cepat terserap tubuh. "Makanan yang dapat mengembalikan kadar glukosa darah dengan cepat adalah karbohidrat sederhana, ada di gula pasir, gula merah, gula aren, sirup, madu, kurma, dan buah-buahan," ungkap Rita, sebagaimana dikutip dari arsip Harian Republika.
Namun praktisi gizi klinik dan olahraga tersebut mengingatkan, jumlahnya harus disesuaikan dengan kemampuan tubuh dalam mengolahnya. Apalagi, orang-orang dengan penyakit tertentu, seperti diabetes, tentunya harus mengontrol pola makan yang manis supaya tidak memicu peningkatan gula darah secara mendadak.
Menurut Rita, banyak orang keliru menafsirkan maksud dari istilah berbuka dengan yang manis. Mengonsumsi makanan atau minuman manis memang baik dilakukan pada saat buka puasa agar dapat segera memulihkan energi setelah seharian berpuasa. Tapi, yang keliru adalah porsi makanan atau minuman manis yang dikonsumsi.
Idealnya, buka puasa bisa dengan makan tiga buah kurma sesuai sunah Rasulullah SAW. Selain manis, kurma juga merupakan karbohidrat kompleks yang membuat gula diserap tubuh secara perlahan. Karbohidrat kompleks akan lebih lambat dipecah atau dicerna menjadi gula darah.
Sehingga, gula darah akan tetap stabil alias tidak mengalami fluktuasi yang tinggi. Selain itu, karbohidrat kompleks juga sangat membantu proses metabolisme energi tubuh.
Sebagian orang sering kali berbuka puasa dengan mengonsumsi aneka jenis gorengan, seperti risoles, bakwan, dan lainnya. “Gorengan memang dasarnya tidak baik, jadi minimal harus bisa dikurangi,” ungkap dr Inge Permadi SpGK.
Menurutnya, mengonsumsi gorengan ketika puasa atau tidak puasa tergolong kurang baik. Ia menyarankan agar konsumsi gorengan dikurangi. Salah satu yang berbahaya dari gorengan adalah minyaknya. Minyak yang digunakan dalam proses penggorengan tentunya mengandung kolesterol.
Pastinya, itu tidak baik bagi kesehatan tubuh, khususnya jantung. Minyak mampu mempercepat penyakit jantung karena kandungan minyak mampu menghambat proses peredaran darah.
Menurut Inge, gorengan berminyak juga bisa memicu sariawan ketika tubuh dalam kondisi puasa. Pasalnya, tubuh mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi sehingga minyak bisa mempercepat penyakit sariawan pada mulut. Selain itu, gorengan seringkali dimakan dengan sambal pedas yang tentunya berbahaya bagi perut yang kosong.