Ramadhan, Tempat Belajar Berbuat Baik

Ramadhan bisa dimanfaatkan menjadi tempat belajar berbuat baik.

Dok Republika
Ramadhan, Tempat Belajar Berbuat Baik. Foto: Ustaz Muhammad Nasril Lc, MA
Rep: Ali Yusuf Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ramadhan adalah madrasah kebaikan, tempat belajar bagaimana menempa diri kita. Terutama, agar menjadi insan muttaqin, memiliki akhlak mulia, memperbaiki kualitas hubungan dengan sang pencipta dan juga hubungan sesama manusia serta membersihkan hati dari segala penyakit.

Penceramah asal Aceh Ustaz Muhammad Nasril Lc, MA mengatakan, di bulan Ramadhan manusia memiliki peluang besar untuk berbuat berbagai kebaikan, karena ia merupakan bulan penuh berkah dan memiliki berbagai keistimewaan.

Pada saat Ramadhan tiba, syaitan dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, menjadi isyarat peluang berbuat kejahatan itu sedikit. Kemudian pintu-pintu surga dibuka, sebagai isyarat Ramadhan adalah bulan kebaikan, karena kesempatan melakukan amalan yang baik sangat terbuka lebar.

"Akan tetapi, itu semua sangat tergantung kepada individu masing-masing, siapa yang mau berusaha dan komitmen untuk menggapai kebaikan itu maka dialah yang sukses menjadikan Ramadhan sebagai madrasah kebaikan," katanya saat berbincang dengan Republika, melalui sambungan telpon, Sabtu (2/5).

Inilah kata dia, yang menjadikan umat Islam seharusnya bergembira dengan hadirnya bulan Ramadhan, karena kebaikan begitu mudah dijalankan pada Ramadhan, sangat mendukung untuk melakukan amal dan kegiatan yang bermanfaat mulai pagi hari hingga malam.

"Bulan Ramadhan yang di dalamnya diwajibkan berpuasa merupakan madrasah atau tempat latihan untuk berbuat baik, sehingga kebaikan itu juga lahir setelah Ramadhan," katanya.

Ustaz Nasril yang juga Kepala Sub Bagian Informasi dan Humas (Inmas) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh ini menyampaikan, dalam menjalani ibadah puasa kita diajarkan bagaimana caranya agar pahala puasa tetap terjaga, tidak sekedar puasa menahan haus dan lapar, seperti dalam  hadits Rasulullah SAW di mana hari-hari puasa agar senantiasa menjaga lisan, pandangan dan anggota badan lainnya dari kemaksiatan dan juga penuh kehati-hatian.
 
"Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan dari puasanya kecuali hanya rasa lapar. Dan betapa banyak orang yang sholat malam, tapi tidak mendapatkan dari sholatnya kecuali hanya begadang ” (HR Ibnu Majah)

Menurutnya dalam hadits tersebut Rasulullah SAW memberi peringatan kepada kita agar melakukan sebuah kebaikan dengan catatan pekerjaan tersebut tidak sia-sia, pahalanya tidak luntur. Sehingga sangat diperlukan ilmu dalam melakukan sebuah amalan kebaikan dan dianjurkan kepada kita  untuk menuntut ilmu apalagi dengan kondisi seperti sekarang ini. 

"Ini artinya, hari-hari puasa kita haruslah penuh kehati-hatian. Menjaga lisan, pandangan dan anggota badan lainnya dari kemaksiatan," katanya.

Ia mencontohkan, sejak sahur kita belajar bangun di sepertiga malam untuk tahajud, menunggu waktu subuh, melaksanakan shalat fajar, subuh berjamaah dan tepat waktu, membaca dan tadabbur Alquran, bahkan saat Ramadhan mampu mengkhatamkan Alqur’an beberapa kali.

Kemudian sedekah, menahan amarah, menjauhi ghibah dan meninggalkan hal-hal yang dapat membatalkan puasa serta melaksanakan amalan-amalan sunnah lainnya sepanjang hari. Begitu juga berdoa jelang berbuka, tarawih dan amalan lainnya sepanjang malam.

Perlu kita ketahui, kesempatan kita untuk belajar berbuat baik di bulan Ramadhan ini akan berlalu begitu cepat, tidak terasa saat ini kita sudah memasuki hari ke 8 Ramadhan 1441 H dan ia akan terus berjalan. Maka daritu ia mengajak umat Islam memanfaatkannya bulan penuh berkah ini.

"Sebelum terlambat, dan masih ada tersisa Ramadhan bersama kita, mari manfaatkan momentum Ramadhan untuk mengerjakan kebaikan sebanyak-banyaknya," katanya.

Adapun, hal-hal yang dapat memotivasi kita untuk melakukan sebuah kebaikan adalah ketika kita mengetahui dan meyakini sepenuhnya manfaat dan hikmah dari amalan tersebut.  Seperti dijelaskan dalam kitab Syarh Riyadusshalihin bahwa jalan kebaikan itu sangat banyak, kebaikan itu bukan tunggal dan bukan satu jenis.

"Sehingga, bagi kita yang mau melakukan kebaikan dalam profesi apapun bisa menjalaninya," katanya.

Ia menuturkan, bahwa, kebaikan itu ada yang terdiri dari pekerjaan badan (fisik), pengorbanan harta dan penggabungan antara fisik dan harta. Dalam Islam melakukan sebuah kebaikan lebih besar peluang dan lebih mudah daripada melakukan kejahatan.

Begitu juga dengan amalan-amalan kita di bulan Ramadhan seperti menjaga shalat berjamaah, puasa, zakat, shadaqah, nafkah, baca Alquran, silaturrahim, menuntut ilmu dan masih banyak kegiatan-kegiatan kebaikan lainnya. Allah mengetahui setiap amalan kebaikan yang kita lakukan.

Sekecil apapun kebaikan itu Allah akan membalasnya, seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 215 yang artinya. "Dan apa saja yang engkau semua lakukan dari kebaikan, maka sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahuinya."

Pada surah Az-Zalzalah ayat 7 Allah SWT berfirman. “Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat timbangan debu (zarrah) maka ia akan mengetahuinya- di akhirat nanti memperoleh balasannya."

Menurutnya, kedua ayat ini menjadi motivasi bagi kita agar senantiasa melakukan kebaikan, terlebih di bulan Ramadhan yang merupakan madrasah atau tempat pendidikan untuk belajar sebuah kebaikan, sehingga begitu keluar dari Ramadhan kita sudah terbiasa dengan kebaikan.

Ustaz Muhammad Nasril menyarankan, ketika kita tidak mampu melakukan sebuah kebaikan yang besar, maka lakukankan kebaikan walau sekecil apapun. Karena kata dia, dalam sebuah hadits Rasulullah SAW yang terdapat dalam kitab Riyadusshalihin pada bab “Menjelaskan banyaknya jalan-jalan kebaikan” ketika kita tidak mampu melakukan kebaikan yang lain, minimal kita tidak berbuat jahat atau menzalimi orang lain.

Dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah r.a., katanya: Saya berkata pula: “Ya Rasulullah, bukankah Tuan telah mengetahui, jikalau saya ini lemah sekali dalam sebagian pekerjaan?”

Beliau SAW. bersabda: “Tahanlah keburukanmu, jangan sampai mengenai orang banyak, amalan sedemikian itupun merupakan sedekah daripadamu untuk dirimu sendiri – yakni tidak mengganggu orang lain.” (HR. Muttafaq ‘alaih).

Ia menyampaikan, bahwa Ramadhan kali ini menjadi istimewa, karena lebih banyak kesempatan belajar berbuat baik bersama-sama dengan keluarga, beribadah bersama keluarga di rumah, meneranginya dengan membaca Alquran, buka puasa dan sahur bareng, shalat berjamaah dan ibadah lainnya.

Ia memastikan, pelaksanaan ibadah Ramadan di rumah tidak menurunkan kualitas, apalagi di tengah pandemi Covid-19 ini, karena kualitas ibadah kita tidak hanya ditentukan oleh tempat pelaksanaan, yang penting keikhlasan dan kekhusyuan.

"Meski saat ini dalam kondisi pandemi Covid-19 tetaplah semangat menikmati madrasah Ramadhan," katanya.

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler