Virus Corona dalam Sperma dan Sifat Unik SARS-CoV-2
Tim peneliti China menemukan virus corona dalam sampel sperma pasien Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Puti Almas, Gumanti Awaliyah
Sebuah studi yang dilakukan tim peneliti di China menguji sperma dari sejumlah pria yang terinfeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Hasilnya, sebagian kecil dari air mani tersebut mengandung virus, di mana ini dinilai sebagai adanya kemungkinan penyakit bisa menular secara seksual.
Tim peneliti yang beranggotakan para dokter rumah sakit di Shangqiu menemukan bahwa enam dari 38 laki-laki yang dirawat akibat Covid-19 memiliki sperma yang mengandung virus corona jenis baru (SARS-CoV-2). Meski demikian, ini dikatakan sebagai temuan awal dan masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk melihat apakah penularan seksual mungkin berperan selama pandemi penyakit infeksi virus ini.
“Penelitian lebih lanjut diperlukan sehubungan dengan informasi terperinci tentang pelepasan virus, waktu bertahan hidup, dan konsentrasi dalam air mani. Jika dapat dibuktikan bahwa SARS-CoV-2 dapat ditularkan secara seksual, itu mungkin menjadi bagian penting dari pencegahan," tulis tim peneliti dalam hasil studi yang diterbitkan di Journal of American Medical Association, dilansir The Guardian, Jumat (8/5).
Sementara, sejumlah pakar independen di China mengatakan temuan tentang adanya virus corona jenis baru di air mani cukup menarik, namun harus dilihat dengan hati-hati. Konteks penelitian kecil lainnya yang belum menemukan virus dalam sperma harus tetap menjadi acuan.
Sebelumnya, sebuah studi kecil yang dilakukan dengan melibatkan 12 pasien Covid-19 di Cina pada Februari dan Maret menemukan bahwa sampel air mani mereka seluruhnya negatif dari SARS-CoV-2. Allan Pacey, seorang profesor andrologi di Universitas Sheffield di Inggris, mengatakan studi tidak boleh dilihat sebagai konklusif, karena ada beberapa kesulitan teknis dalam pengujian sperma untuk virus.
Pacey mengungkapkan adanya virus corona jenis baru dalam sperma tidak menunjukkan apakah itu aktif dan mampu menyebabkan infeksi. Ia mengatakan bahwa kasus serupa juga ditemukan dalam virus-virus lain, seperti Ebola dan Zika.
“Tidak perlu heran jika virus yang menyebabkan Covid-19 ditemukan dalam air mani beberapa pria, karena ini telah ditunjukkan di beberapa kasus virus lainnya seperti Ebola dan Zika,” jelas Pacey.
Sementara itu, seorang profesor di bidang kedokteran reproduski di Queen’s University Belfast, Sheena Lewis menekankan, bahwa studi terbaru yang dilakukan masih bersifat sangat kecil. Temuan ini sesuai dengan penelitian kecil lainnya yang menunjukkan hanya sebagian kecil atau bahkan tidak ada SARS-CoV-2 yang ditemukan dalam tes sampel air mani.
"Namun, efek jangka panjang SARS-CoV-2 pada reproduksi pria belum diketahui," kata Lewis.
Penularan cepat
Virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, Cina pada Desember 2019. Sejak saat itu, virus terus menyebar secara global ke berbagai negara lainnya di dunia.
Bagi kebanyakan orang, Covid-19 hanya menimbulkan gejala ringan atau sedang, seperti demam dan batuk. Tetapi, sebagian lainnya, terutama orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang telah ada sebelumnya, infeksi virus dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, termasuk pneumonia, bahkan kematian.
Berdasarkan data Worldometers, jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia hingga Jumat (8/5) tercatat mencapai 3.916.337 dan terdapat 270.711 kematian. Sementara, jumlah pasien yang dinyatakan telah pulih adalah 1.343.054 orang.
Para peneliti yang mempelajari struktur virus Covid-19 telah menemukan sifat unik dalam virus, yang dapat menjelaskan mengapa penularannya begitu cepat. Studi ini dinilai sebagai suatu kemajuan yang dapat membantu mengembangkan obat guna melawan penyakit ini.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Molecular Biology ini mengidentifikasi salah satu komponen protein struktural virus yakni loop fusi membran sel atau selubung virus dalam SARS-CoV-2. Hasilnya, ditemukan empat asam amino yang membentuk protein struktural virus tersebut. Menurut peneliti, asam amino ini berbeda dengan asam amino virus korona lainnya.
Ketika menganalisa garis keturunan SARS-CoV-2, ditemukan bahwa ia memiliki sifat kombinasi antara SARS-CoV-1 yang menyebabkan pandemi SARS 2002-03 dan HCoV-HKU1 yaitu virus corona yang sangat mudah menular tetapi relatif jinak. Kombinasi ini menyebabkan SARS-CoV-2 menjadi sangat mudah menular juga mematikan.
"Ada kombinasi unik dalam SARS-CoV-2. Prediksi kami, loop sangat penting untuk transmisibilitas dan stabilitas, atau keduanya," kata penulis studi Gary Whittaker dari Cornell University.
Para peneliti juga membandingkan model struktural SARS-CoV-2 dengan coronavirus yang ditemukan pada hewan lain, dan mengonfirmasi bahwa SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar. Peneliti juga telah mengidentifikasi bahwa kelelawar di China yang membawa coronavirus, memiliki loop serupa tetapi urutan asam aminonya berbeda.
Whittaker menduga, virus itu kemungkinan telah melewati trenggiling. Tetapi perbandingan urutan dan struktur protein virus tidak menemukan bukti tentang hal itu.
"Bagaimana SARS-CoV-2 masuk ke manusia masih belum jelas," kata Whittaker dilansir News Cornell Edu, Rabu (6/5).
Urutan genetik yang baru diidentifikasi dalam SARS-CoV-2 menunjukkan kemungkinan host perantara yang tidak diketahui. Kucing yang memiliki pengikatan reseptor yang cocok dengan manusia, kemungkinan besar menjadi perantara virus. Namun hingga kini, infeksi pada kucing tampak ringan dan jarang, dan tidak ada bukti bahwa kucing dapat menginfeksi manusia.
Karenanya Whittaker menilai, perlu ada studi lanjutan terkait coronavirus pada kucing guna memberikan petunjuk lebih lanjut tentang SARS-CoV-2.