Empat Strategi Menjaga Mutu Daging Saat Pandemi
Fapet IPB dan FLPI menggelar pelatihan pengolahan daging saat pandemi.
REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University bersama dengan Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) mengadakan pelatihan, Selasa (4/5), secara daring. Pelatihan ini merupakan sesi kedua yang digelar. Kali ini membahas tentang pengolahan daging yang sehat dan berkualitas di masa pandemi Covid-19.
Hadir sebagai pembicara, Dr Tuti Suryati, dosen IPB University dari Fakultas Peternakan. Fokus pelatihan sesi kedua adalah terkait pengolahan daging setelah sebelumnya membahas tentang penanganan daging. Hari sebelumnya, seminar diisi oleh Dr drh Denny Widaya Lukman, pakar higiene pangan dan kesehatan masyarakat veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, IPB University yang membahas tentang penanganan daging yang sehat di masa pandemi Covid-19.
Pada kesempatan ini, Dr Tuti Suryati mengatakan daging memiliki kandungan gizi yang tinggi, memiliki citarasa tinggi dan menunjukkan value dan prestige yang tinggi. Hal ini membuat masyarakat Indonesia gemar mengonsumsi daging. “Sehingga, penting untuk mengetahui tatacara melakukan pengolahan daging yang sehat dan berkualitas,” kata Dr Tuti dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Masa pandemi membuat masyarakat banyak membeli daging untuk disimpan di rumah. Karena banyak daerah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), akhirnya bahan makanan seperti daging banyak dibeli dan disimpan dalam waktu yang lama. Proses penyimpanan yang kurang tepat membuat daging mengandung senyawa beracun dan berbahaya jika dikonsumsi.
“Senyawa toksik dapat muncul dalam proses pemilihan hingga pengolahan daging dengan proses yang kurang tepat. Senyawa tambahan yang muncul saat pengolahan ini berbahaya untuk tubuh. Mutu dan kualitas daging juga harus dijaga, agar nilai gizi daging tetap terjaga hingga dikonsumsi,” ujar Dr Tuti.
Menurutnya, ada empat strategi untuk menjaga mutu daging. Proses pengolahan merupakan kunci utamanya. Stategi pengolahan yang pertama, pilih daging yang diproses dari peternakan hingga pemotongan dan distribusinya dilakukan dengan mengikuti prosedur. Pilih daging yang yang diproses dari peternak atau rumah potong hewan yang baik. Daging yang baik berwarna merah dan beraroma segar.
“Kedua, pilih bagian daging sesuai dengan kebutuhan konsumsi dan jenis pengolahan yang dilakukan. Setiap bagian daging memiliki tekstur yang berbeda, daging untuk masak rendang harus dibedakan dengan daging untuk gulai,” katanya.
Ketiga, melakukan pengolahan daging dengan higienis. Sebelum memegang daging, pastikan sudah mencuci tangan dengan bersih. “Bakteri di tangan membuat daging akan lebih cepat rusak. Selain itu, cuci daging dan peralatan masak dengan bersih. Hal ini juga memengaruhi kualitas daging,” tuturnya.
Selanjutnya, saat mengolah daging gunakan suhu dan lama pemanasan secukupnya. Suhu optimalnya sekitar 70 derajat celsius, jika terlalu panas akan memicu terbentuknya senyawa toksik yang berbahaya bagi kesehatan. Terakhir, gunakan bumbu dan bahan yang kaya antioksidan untuk mengolah daging.
“Virus Covid-19 bisa bertahan di benda padat, salah satunya daging. Penyebaran virus ini sangat mungkin melalui bahan pangan. Perlu upaya ekstra untuk menjaga bahan pangan yang dibeli oleh konsumen aman dan higienis serta terhindar dari virus. Pemerintah perlu memberikan edukasi kepada para penjual daging di pasar tradisional dalam proses pemotongan daging,” ujarnya.