Sambut Lailatul Qadar, Keraton Kasepuhan Gelar Saji Maleman

Tradisi saji maleman di Cirebon digelar dengan protokol Covid-19.

Republika/Agung Supriyanto
Sambut Lailatul Qadar, Keraton Kasepuhan Gelar Saji Maleman. Kasepuhan Cirebon (ilustrasi)
Rep: lilis sri handayani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Bulan Ramadhan mulai memasuki 10 hari terakhir. Untuk menyambut datangnya malam lailatul qadar, Keraton Kasepuhan Cirebon menggelar tradisi saji maleman.

Baca Juga


Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat mengatakan, tradisi turun-temurun itu tetap digelar meski di tengah pandemi Covid-19. Namun, dalam pelaksanaannya, tetap diberlakukan protap pencegahan Covid-19, seperti jaga jarak antarabdi dalem yang terlibat dan penggunaan masker.

"Ada atau tidak ada wabah, ibadah Ramadhan harus kita lalui. Jadi tradisi ini juga harus berjalan," ujar Sultan Sepuh, Selasa (12/5).

Tradisi saji maleman ditandai dengan penyalaan delepak dan pembakaran ukup setiap malam tanggal ganjil bakda Maghrib. Delepak merupakan penerang ruangan yang terbuat dari minyak maleman untuk menyalakan sumbu dari kapas yang sudah dipilin.

Minyak maleman itu terbuat dari minyak kelapa yang digodok kembali dengan tambahan kembang tujuh rupa. Karenanya, minyak tersebut akan menyebarkan aroma yang sangat harum saat sumbu dinyalakan.

Sedangkan ukup adalah wewangian yang dibuat dari campuran pohon cendana, akar wangi, kayu-kayuan wangi, rempah-rempa, yang dicacah dan disangrai dengan gula merah. Untuk membakarnya, ukup cukup ditebarkan di atas bara api yang dinyalakan di dalam dupa.

Keraton Kasepuhan Cirebon - (Dok. Republika)

Biasanya, semua perangkat yang digunakan dalam tradisi saji maleman itu disiapkan oleh ibu suri dan permaisuri Sultan Sepuh XIV, RAS Isye Natadiningrat, beserta sejumlah ibu-ibu. Namun, akibat pandemi Corona, saji maleman kali ini hanya dibuat oleh ibu suri dan permaisuri sultan.

Semua perangkat itu akan dibawa dengan menggunakan gerbong dari Keraton Kasepuhan ke Astana Gunung Jati yang berjarak sekitar enam kilometer. Gerbong tersebut akan dibawa dengan berjalan kaki oleh sejumlah abdi dalem pada Rabu (13/5).

Selanjutnya, delepak itu akan dinyalakan setiap malam ganjil di pintu cungkup makam Sunan Gunung Jati sampai dengan cungkup makam Sultan Sepuh XIII Keraton Kasepuhan, di Astana Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. "Semua akan dinyalakan mulai besok (Rabu) karena sudah masuk malam ganjil (21 Ramadhan) dan akan dinyalakan setiap tanggal ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadhan," ujar Sultan Sepuh.

Sultan Sepuh mengatakan, tradisi saji maleman tersebut dilaksanakan dalam rangka menyambut malam lailatul qadar, yang lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu, malaikat turun ke bumi memberikan rahmat taufik dan hidayah Allah SWT sehingga umat Islam harus siap menyambutnya.

"Semoga kita bertemu dengan lailatul qadar,’’ ujarnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler