Bila Tak Batal, Layanan Jamaah Haji 220 Sangat Sulit
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengusaha travel haji umrah yang beberapa hari sebelum lebaran pulang dari Makkah, Muharom Ahmad, mengatakan tidak terlalu terkejut mendengar keputusan pemerintah yang membatalkan layanan penyelanggaraan haji pada tahun 2020 ini. Apalagi dia sudah menyarankannya beberapa waktu lalu.
‘’Itu kebijakan tepat. Sebab, ini nanti terkait banyak soal baik yang sangat penting soal keselamatan jamaah hingga soal terknis lain, misalnya penyediaan penerbangan. Dan kalau mau tetap diselenggarakan maka biayanya akan berlipat-lipat. Inilah yang tidak mungkin dan layanannya pun sangat sulit karena jamaah haji kita sangat besar jumlahnya,’’ kata Muharom Ahmad, yang selama setahun terakhir ini tinggal di Makkah, (2/6).
Muharom mengatakan untuk soal kesehatan misalnya bagaimana kalau pergi haji itu dilakukan antara sepasang suami isteri atau bersama muhrim lainnya. Bayangkan, kalau ada suami bisa berangkat karena negatif corona, sedangkan gagal pergi haji kareba isterinya postif Corona, bagaimana ini bisa dilaksanakan.
‘’Itu baru satu soal, belum soal teknis lainnya. Apalagi penyelanggarannya sudah sangat mepet. Musim haji tahun ini tinggal beberapa pekan lagi ke depan. Ini tentunya sangat menyulitkan, maka tepat bila untuk tahun ini penyelenggaraan layanan perjalanan ibadah haji dibatalkan saja,’’ katanya.
Pada sisi lain, lanjut Muharom, terkait dengan soal penerbangan. Kini sudah ada aturan internasional bila jumlah penumpang di batasai hingga hanya 40 persen. Dengan demikian siapa yang akan menanggung biaya penerbangan, apalagi selama ini diketahui penerbangan jamaah haji ke Makkah tidak dihuitung dua kali, tapi dihitung empat kali karena merupakan penerbangan carter di mana pesawat pulang dari Makkah untuk menjemput jamaah harus kosong.
‘’Bayangkan berapa biaya hajinya itu nanti. Penerbangan yang dihirung empat kali untuk setiap trip ketika mengantar dan menjemput untuk setiap rombongan, menjadi lebih dari dua kali lipatnya. Jadi biayanya akan sangat mahal. Itu jelas akan menyulitkan pelayanan dan pendaaan layanan ibadah haji.’’ ujar Muharom.
Menyinggung suasana Makkah sampai hari ini, Muharom menegaskan dari pantauannya kota Makkah masih dinyatakan tertutup seperti saat dirinya meninggalkan kota itu beberapa hari lalu. Tak hanya sekededar masih di-lokcdown, Makkah masih terkena jam malam. Warganya tetap belum bisa bebas ke mana-mana.
‘’Begitu juga dengan kawasan Masjidil Haram, sampai hari ini masih tertutup. Kawasan itu baru dibuka secara bertahap untuk umum mulai 21 Juni besok. Jadi ke depan akan tetap banyak terjadi pembatasan di sana,’ tegas Muharom.
Dikatakannya, memang sampai sekarang pemerintah Saudi belum memutuskan ada atau tidaknya penerimaan jamaah haji dari luar negaranya. Yang pasti mereka akan berhati-hati sekali sebab negara Saudi pasti tidak ingin gara-gara haji negaranya difitnah menjadi penyebab terbesar dari penyebaran pandemi (cluster baru) wabah Corona.
‘’Mereka pasti tahu itu, makanya sangat berhati-hati ketika hendak memutuskannya. Dan saya yakin ibadah haji tahun ini di Makkah tetap ada, tapi khusus dilakukan warga dalam negeri Saudi sendiri secara terbatas dan dalam pengawasan ketat. Misalnya, jamaahnya di batasi dan memasuki kawasan Masjidil Haram juga akan diatur atau tak sebebas biasanya,’’ katanya lagi.
Bagaimana dengan layanan jamaah haji khusus? Menjawab pertanyaan ini Muharom mengatakan memang juga ada masalah baru sebab sampai akhir Mei lalu para perusahaan travel haji itu sudah menerima pelunasan biaya perjalanan hajinya. Dengan demikian mereka juga akan terkenda dampak berupa kerugian material karena haji dibatalkan oleh pemerintah.
''Soal ini akan lain, bagaimana bila nanti jamaah haji khusus sanggup tanggung semua biaya, melengkapi persyaratan, dan Arab Saudi ternyata masih mau menerima jamaah haji dari luar negara itu. Ini bagaimana? Siapa yang menanggung kerugian para agen travel haji itu. Ini jelas perlu cibicarakan lebih lanjut,'' tandasnya.