Ribuan Warga Australia Langgar Larangan Unjuk Rasa
Australia masih menerapkan larangan berkumpul untuk memutus penularan Covid-19
REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Ribuan warga Australia menggelar unjuk rasa untuk mendukung demonstrasi keadilan rasial di Amerika Serikat (AS). Pengunjuk rasa Australia ini melanggar larangan berkumpul dan peringatan polisi yang membuat mereka dapat didenda karena tidak mematuhi peraturan pembatasan sosial.
Pada Sabtu (6/6) stasiun televisi ABC News melaporkan lebih dari 5.000 orang warga Australia menggelar unjuk rasa damai di Brisbane. Pengunjuk rasa memakai masker dan memegang spanduk bertuliskan 'Black Lives Matter'. Demonstrasi tersebut dijaga ketat polisi.
Unjuk rasa di AS didorong kematian laki-laki kulit hitam George Floyd yang dicekik oleh petugas polisi kulit putih hingga tewas. Demonstrasi di Australia juga digelar di Sydney, Melbourne, Adelaide dan Hobart.
Di AS, politisi-politisi Partai Demokrat mengadopsi slogan unjuk rasa dan mendorong reformasi kepolisian. Walaupun unjuk rasa mulai tenang tapi di sebagian besar kota situasi masih menegang.
Para warga Australia juga menggunakan unjuk rasa ini untuk menyerukan polisi berhenti memperlakukan warga pribumi Australia dengan buruk. Banyak demonstran di Brisbane yang mengibarkan bendera masyarakat pribumi.
Penyelenggara demonstrasi di Sydney mengajukan banding darurat atas larangan menggelar unjuk rasa ke Mahkamah Agung Negara Bagian New South Wales (NSW). Australia masih menerapkan larangan berkumpul untuk memutus rantai penularan virus corona.
Pengunjuk rasa berjanji untuk tetap menggelar unjuk rasa walaupun tanpa izin. Media-media Australia melaporkan diperkirakan ada sekitar 5.000 orang yang menghadiri demonstrasi di Sydney. Menteri Kepolisian NSW David Elliot mengatakan polisi siap untuk menghadapi 'siapapun' yang melanggar hukum.
"Saat ini kebebasan berbicara tidak sebebas yang kami inginkan, peraturan saat ini sudah jelas," kata Elliot.
Pihak berwenang kesehatan Negara Bagian Victoria meminta warga untuk tidak menghadiri unjuk rasa. Negara bagian di sebelah selatan Australia itu masih menghadapi wabah virus corona dan menerapkan larangan berkumpul di atas 20 orang.
"Ini bukan waktunya untuk berkumpul dalam jumlah besar," kata Kepala Petugas Medis Victoria Brett Sutton.