Arab Saudi Pertimbangkan Batasi Jamaah Haji Saat Pandemi
REPUBLIKA.CO.ID,RIYADH -- Arab Saudi dapat secara drastis membatasi jumlah haji tahunan untuk mencegah berjangkitnya virus corona lebih lanjut setelah kasus-kasus di negara ini mencapai 100.000, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters, Senin (8/6).
Sekitar 2,5 juta peziarah mengunjungi situs-situs Islam paling suci di Makkah dan Madinah untuk haji selama seminggu, yang merupakan kewajiban sekali seumur hidup untuk setiap Muslim yang mampu. Data resmi menunjukkan haji dan umroh sepanjang tahun menghasilkan pemasukan bagi kerajaan sekitar $ 12 miliar per tahun.
Arab Saudi meminta Muslim pada bulan Maret untuk menunda rencana haji dan menangguhkan umrah sampai pemberitahuan lebih lanjut. Dua sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan pihak berwenang sekarang mempertimbangkan untuk mengizinkan "hanya angka simbolis" tahun ini, dengan pembatasan termasuk larangan jamaah yang lebih tua dan pemeriksaan kesehatan tambahan.
Dengan prosedur yang ketat, pihak berwenang berpikir untuk memungkinkan hingga 20% dari kuota jamaah reguler masing-masing negara, kata sumber lain yang tahu dengan masalah tersebut mengatakan kepada Reuters.
Beberapa pejabat masih mendesak pembatalan haji, yang diperkirakan akan dimulai akhir Juli, kata tiga sumber. Kantor media pemerintah dan juru bicara kementerian haji dan umroh tidak menanggapi permintaan tersebut. Membatasi atau membatalkan haji akan semakin menekan keuangan pemerintah Arab Saudi yang terkena kejatuhan harga minyak dan pandemi. Analis memprediksi kontraksi ekonomi yang parah tahun ini.
Pada hari Ahad, kerajaan menghentikan penerbangan penumpang internasional dan memberlakukan kembali jam malam di Jeddah, tempat haji terbang, setelah lonjakan infeksi di kota.
Pada 2019, sekitar 19 juta jamaah melaksanakan umroh sementara jamaah haji mencapai 2,6 juta. Sebuah rencana reformasi ekonomi Putra Mahkota Mohammed bin Salman bertujuan untuk meningkatkan kapasitas umroh dan haji menjadi 30 juta peziarah setiap tahun dan menghasilkan 50 miliar riyal ($ 13,32 miliar) pendapatan pada tahun 2030.