Lewis Hamilton Desak Negara di Dunia Hapus Simbol Rasisme

Lewis Hamilton mendesak negara-negara di dunia menghapus simbol rasis.

EPA-EFE/CHRISTIAN BRUNA
Lewis Hamilton
Rep: Rahmat Fajar Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  LONDON --Juara dunia Formula Satu (F1) asal Inggris, Lewis Hamilton mendesak negara-negara di dunia menghapus simbol rasis. Itu sebagai respons ketika  demo di Bristol yang menyuarakan antirasis serta meluapkan kemarahan terhadap kematian George Floyd di Amerika Serikat merobohkan patung seorang pedagang budak abad ke-17, Edward Colston, Ahad (7/6).

Baca Juga


Hamilton memberikan rasa hormat kepada para demonstran antirasisme karena merobohkan patung tersebut.   Pembalap Mercedes ini mendesak negara di dunia menerapkan penghapusan simbol-simbol rasis secara damai di negara masing-masing.

Hamilton telah membuat beberapa pernyataan di tengah masifnya protes antirasisme global. Ia juga marah atas kematian Floyd. Floyd, pria berkulit hitam berusia 46 tahun meninggal di tangah polisi di Minneapolis, Amerika setelah seorang polisi menancapkan lututnya ke leher Floyd selama Sembilan menit hingga tewas.

Hamilton juga mengatakan, patung Colston tidak boleh ada lagi setelah demonstran melemparkannya ke sungai. Menurut Hamilton jika demonstran tak menurunkan patung tersebut itu sama artinya menghormati pedagang budah yang rasis.

"Ada pembicaraan tentang itu akan menjadi museum. Patung lelaki itu harus tetap di sungai seperti 20 ribu  jiwa Afrika yang meninggal dalam perjalanan ke sini dan dibuang ke laut, tanpa penguburan atau peringatan. Dia mencuri mereka dari keluarga, negara dan dia tidak harus dirayakan!," kata Hamilton dilansir dari BBC, Selasa (9/6).

Tak lama kemudian Hamilton juga membuat pernyataan di twitter pribadinya menanggapi tanggapan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump terhadap protes warga Amerika atas kematian Floyd. pembalap 35 tahun tersebut memposting gambar dengan slogan ‘Black Lives Matter’ yang ditulis di jalan menuju Gedung Putih dan menulis caption ‘Dan jangan lupakan itu’. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler