WHO Peringatkan Pandemi Corona Belum Berakhir

Covid-19 belum mencapai puncak karena jumlah kasus harian global masih meningkat.

Martial Trezzini/EPA
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. WHO memberi enam syarat sebelum negara atau wilayah melonggarkan pembatasan. Ilustrasi.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pandemi virus corona, Covid-19, belum mencapai puncaknya karena jumlah kasus harian secara global masih meningkat. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak seluruh negara untuk melanjutkan upaya penanggulangan.

Baca Juga


"Pandemi telah berlangsung selama lebih dari enam bulan. Belum saatnya bagi negara mana pun untuk melepaskan diri," ujar Ghebreyesus.

Pada Ahad lalu, lebih dari 136 ribu kasus baru dilaporkan secara global. Sejauh ini angka tersebut menjadi kasus harian tertinggi. Hampir 75 persen kasus yang dilaporkan berasal dari 10 negara, sebagian besar di Amerika dan Asia Selatan.

Brasil saat ini menjadi salah satu episentrum pandemi virus corona dengan jumlah kasus tertinggi kedua di dunia, setelah Amerika Serikat. Jumlah kematian akibat virus corona di Brasil pekan lalu meningkat melampaui Italia.

Seorang ahli epidemiologi WHO, Maria van Kerkhove, mengatakan, pendekatan komprehensif sangat penting di Amerika Selatan. Lebih dari 7 juta orang telah dilaporkan terinfeksi virus corona secara global dan lebih dari 400 ribu meninggal dunia. "Ini masih jauh dari selesai," ujar Van Kerkhove.

Van Kerkhove mengatakan, banyak negara yang melakukan pelacakan kontak telah mengidentifikasi kasus tanpa gejala. Mereka tidak menemukan bahwa kasus tanpa gejala tidak menyebabkan penyebaran virus lebih lanjut. "Ini sangat jarang terjadi," ujar van Kerkhove.

Kepala Kedaruratan WHO, Mike Ryan, menyerukan agar seluruh dunia fokus untuk mempersiapkan datangnya gelombang kedua penyebaran virus corona. Ryan mengatakan, infeksi di negara-negara Amerika Tengah termasuk Guatemala masih meningkat dan mereka adalah epidemi "kompleks". "Saya pikir ini adalah saat yang memprihatinkan," kata Ryan. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler