Santri Kembali ke Tasikmalaya Harus Bawa Surat Sehat
Pesantren di Tasikmalaya harus menyediakan ruang isolasi.
REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA --- Forum Pondok Pesantren (FPP) Kabupaten Tasikmalaya telah merancang strategi untuk menyambut kedatangan santri pada masa pandemi Covid-19. Salah satu persyaratan untuk santri berasal dari luar daerah yang ingin kembali ke Tasikmalaya adalah membawa surat keterangan sehat.
Ketua FPP Kabupaten Tasikmalaya, KH Anwar Ansori mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya terkait sikap untuk menyambut kedatangan santri dari luar daerah. Sebab, diperkirakan terdapat 50 ribu santri di Kabupaten Tasikmalaya, sebagian di antaranya berasal dari luar daerah.
"Jadi nanti kepada santri harus membawa surat sehat untuk masuk ke pesantren," kata dia saat dihubungi Republika, Selasa (9/8).
Menurut dia, sempat ada pilihan bagi santri dari luar daerah untuk membawa hasil uji cepat (rapid test) Covid-19. Namun, akhirnya diputuskan santri hanya perlu membawa surat keterangan sehat. Sebab, jika harus melampirkan hasil rapid test akan memberatkan santri.
Ia mengatakan, yang penting santri harus membawa surat keterangan sehat. Nantinya, setelah sampai di pesantren, santri akan kembali diperiksa untuk selanjutnya dikarantina.
Kiai Anwar menambahkan, penerimaan santri di pondok pesantren akan dilakukan bertahap. Tahap pertama akan dilakukan pada 14 Juni. Menurut lelaki yang juga pimpinan Pondok Pesantren Riyadul Falah di Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, itu santri yang berasal dari zona merah Covid-19 akan didahulukan.
"Santri dari zona merah didahulukan supaya penanganannya bisa lebih lama. Jadi mereka dari zona merah akan diisolasi dulu. Setelah 14 hari baru gelombang berikutnya," kata dia.
Kiai Anwar mengatakan, umumnya pondok pesantren di Kabupaten Tasikmalaya terkendala masalah isolasi santri. Sebab, tak banyak tempat isolasi yang tersedia di pondok pesantren. Solusinya, santri yang berasal dari luar daerah akan disatukan dengan rekannya dalam satu ruangan selama 14 hari.
Ia mengingatkan, santri yang datang juga diminta tidak menggunakan kendaraan umum, melainkan kendaraan pribadi. Itu dilakukan supapa para santri tidak terkontaminasi Covid-19 dalam perjalanan.
"Kita juga sudah membuat pesantren siaga untuk menyambut kedatangan santri. Jadi di tiap pesantren akan dibuat tim yang terdiri dari santri, dewan santri, tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan," kata dia.
Setelah seluruh proses penyambutan selesai, pembelajaran para santri akan dilakukan seperti biasa. Hanya saja, protokol kesehatan akan dilakukan secara maksimal.
Menurut Kiai Anwar, jika para santri sudah bisa dinyatakan sehat tidak akan menjadi masalah. Sebab, pondok pesantren sendiri secara konsepnya menerapkan karantina kepada santri.
"Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa. Kita juga berharap pandemi Covid-19 ini dapat cepat diatasi," kata dia.
Sebelumnya, Bupati Tasikmalaya Ade Sugianto telah mengeluarkan surat imbauan kegiatan di pondok pesantren selama pandemi Covid-19. Dalam surat itu tertuang sejumlah poin. Pertama, penerimaan santri lama dan baru dilakukan secara bertahap. Kedua, penerimaan para santri akan melibatkan Gugus Tugas Covid-19, yang terdiri dari petugas kesehatan dan aparat TNI/Polri.
Dalam surat itu, pesantren juga harus menyediakan tempat isolasi. Sementara para santri yang datang mesti membawa surat keterangan sehat dari daerah asal, dan akan diperiksa ulang ketika sampai di pesantren.
Selanjutnya, wali santri tak diperkenankan memasuki area pesantren. Sementara santri yang sakit atau berstatus orang dalam pemantauan (ODP) harus menjalani isolasi di tempat yang telah disediakan oleh pondok pesantren.