Survei BPS Sebut Generasi Z Sulit Taati Protokol Kesehatan
Generasi Z berusia di kisaran 10 hingga 22 tahun
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei sosial demografi Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru mengungkap Generasi Z paling sulit mengikuti protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dengan benar. Generasi Z berusia di kisaran 10 hingga 22 tahun
“Soal ‘New Normal’ yang disampaikan Presiden, ada petunjuk kondisi masyarakat kita di masa pandemi COVID-19 ini, dan menarik ketika kami coba kategorikan dari segi usia,” kata Kasubdit Indikator Statistik BPS Windhiarso Ponco Adi Putranto.
Ia menyampaikan hasil survei itu dalam webminar Membedah Hasil Survei Sosial Demografi Dampak COVID-19: Pengaruhnya pada Perilaku dan Produktivitas Penduduk yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta, Sabtu (13/6).
Pengkategorian generasi tersebut ia mencontohkan Generasi Baby Boomers yang lahir antara tahun 1946-1965, Generasi X yang lahir antara tahun 1965-1980, Generasi Y atau Milenial yang lahir antara tahun 1981-1994, serta Generasi Z yang lahir antara tahun 1994-2010.
Dari survei yang dilakukan kepada 87.379 responden dengan kelompok umur 17 tahun ke atas di Indonesia, semakin matang usia seseorang perilaku menjalankan protokol kesehatan lebih baik.
“Yang muda nilai ‘self assessment’ nya lebih rendah. Kecenderungan Generasi Z, perilakunya dalam menaati protokol kesehatan lebih rendah,” lanjutnya.
Tentu, ia mengatakan hasil survei tersebut dapat menjadi bekal pengambil kebijakan yang dikomunikasikan kepada mereka yang ada di kategori lebih muda. “Tentu kita harapkan Generasi Z dan Milenial menyiapkan diri di tatanan kehidupan baru nanti,” ujar dia.
Direktur Analisis dan Pengembangan Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Ali Said mengatakan sebaran sampel survei tersebut cukup proporsional. Sampel diklaim mewakili wilayah dan sebaran penduduk Indonesia keterwakilan laki-laki dan perempuan.
Namun demikian, menurut dia, memang dari sisi pendidikan kebanyakan responden lulusan SMA ke atas, bahkan universitas mendominasi.
“Mungkin ini bisa bias di satu sisi, tapi kami justru dapatkan informasi valid karena tingkat pendidikan bagus responden,” katanya.