Sidebar

Warga Indonesia di Makkah Juga Terdampak Pembatalan Haji

Tuesday, 16 Jun 2020 10:06 WIB
Warga Indonesia di Mekkah Juga Terdampak Pembatalan Haji. Suasana Masjidil Haram yang sepi pada malam lailatur Qadar 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Pemerintah Indonesia memutuskan tidak memberangkatkan jamaah haji 2020 karena belum adanya kepastian dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Dengan kuota lebih dari 220 ribu orang yang harusnya berangkat haji tahun ini dari Indonesia, banyak calon jamaah yang mengaku ikhlas meskipun sedih.

Baca Juga


"Sedih pastinya karena sudah senang waktu dapat kabar kalau tahun ini porsi haji saya bersama suami sudah keluar," ujar Sjachrani Naharuddin, calon jamaah asal Makassar, Sulawesi Selatan.

Sebelumnya, mereka mendapatkan kabar konfirmasi keberangkatan pada November 2019, sebelum pandemi virus corona. Ratusan ribu warga Indonesia sudah menunggu agar bisa menunaikan ibadah haji tahun ini.

Bahkan, ada yang menunggu lebih dari lima tahun untuk bisa menunaikan ibadah haji. Banyak pula di antaranya warga lanjut usia yang kondisi fisiknya sudah tidak terlalu bugar dan yang sudah menabung selama bertahun-tahun.

Berdampak pada pekerja asal Indonesia di Makkah

Keputusan pemerintah tidak memberangkatkan haji tidak hanya berdampak bagi calon jamaah, tetapi juga warga Indonesia yang bekerja di Kota Makkah, Arab Saud. Kebijakan ini berpengaruh khususnya bagi mereka yang pekerjaan utamanya bersinggungan dengan calon jamaah haji dan umroh asal Indonesia.

Salah satunya adalah Edi Purwanto yang bekerja di salah satu penyedia katering bagi jamaah asal Indonesia di Mekkah. Sejak Arab Saudi menghentikan kegiatan umroh, Edi mengaku sudah tidak bekerja lagi.

Kementerian Dalam Negeri Arab memutuskan menutup total Makkah sehingga tak ada yang dapat keluar atau masuk ke Mekkah selama 23-27 Mei. - (Pusat Data Republika, saudi gazette)

"Sejak pertengahan Maret saya sudah di rumah karena di sini peraturannya ketat dan tidak bisa keluar rumah tanpa surat izin," kata Edi yang sudah lebih dari 10 tahun bermukim di Arab Saudi.

Ditambah dengan tidak diberangkatkannya jamaah haji asal Indonesia, penyedia layanan katering akan kehilangan pendapatannya. Edi yang berada di Distrik al-Nakasa, tempat banyak jamaah asal Indonesia biasanya menginap, mengatakan bahwa hotel-hotel di sekitarnya sudah sempat disurvei sebagai bagian dari persiapan menyambut jamaah.

"Biasanya survei sudah dilakukan sebelum Ramadhan. Dapur kita sebenarnya sudah disurvei juga untuk persiapan haji," ujarnya saat dihubungi ABC Indonesia.

Meski merasa sedih dan kecewa dengan tidak akan adanya jamaah asal Indonesia, Edi mengaku semua ini untuk kebaikan jamaah sendiri. "Sebagai manusia tentu sedih dan kecewa, tapi ini semua juga terbaik untuk jamaah Indonesia supaya terhindar dari penyakit ini," ujar Edi yang pernah bekerja di sebuah restoran Indonesia di Kota Madinah.

Rahim Irwandi Abdurrahim adalah warga asal Lombok di Mekkah yang bekerja sebagai salah satu mutawif atau pendamping jamaah haji dan umroh. Ia mengaku sempat kaget dengan tidak diberangkatkannya jamaah haji dari Indonesia.

Menurut Rahim, banyak warga dan pekerja Indonesia yang biasanya melayani jamaah kini hanya bertahan dengan uang yang sudah mereka miliki sebelum pandemi virus corona. Beberapa bahkan menggantungkan diri pada bantuan yang diberikan oleh warga sekitar atau KJRI Jeddah. Masih banyak warga Indonesia di Mekkah yang mengaku belum mendapat bantuan.

"Saat Idul Fitri, oleh yang punya rumah tempat saya mengontrak, saya diberi ayam, minyak goreng, bawang, dan kebutuhan lainnya termasuk uang," kata Rahim menceritakan bagaimana ia bertahan selama ini. Baik Edi maupun Rahim mengaku belum mendapatkan bantuan dari kantor perwakilan Indonesia, baik di Jeddah maupun di Ibu Kota Riyadh.

Jamaah Indonesia di luar negeri masih menunggu

Pembatalan keberangkatan haji untuk jamaah dari Indonesia tidak berpengaruh secara langsung kepada warga Indonesia yang berada di negara lain dan berniat berangkat haji tahun ini. Nur Isdah Idris yang kini menempuh pendidikan S-3 di Belanda sudah berencana pergi haji tahun ini meski kepastian keberangkatannya bukan karena keputusan Pemerintah Indonesia.

"Kami berdua sudah membayar uang muka untuk biaya berhaji kepada salah satu travel yang ada di sini," kata Isdah ketika dihubungi ABC Indonesia.

Petugas keamanan Kerajaan Arab Saudi berjaga di depan Kakbah, Makkah, Selasa (5/5). Selama pandemi Covid-19 kerajaan Arab Saudi menutup akses kedua masjid suci dari umum - (Saudi Press Agency/Handout via Reuters)

Bersama suaminya, Ihsan Nasir, Isdah tadinya akan berangkat dalam rombongan travel Euro-muslim berjumlah 40-an orang dari Kota Amsterdam. Namun, melihat situasi pandemi Covid-19 saat ini, Isdah mengaku pilihannya lebih cenderung tidak berangkat.

"Kalau Ihsan menyarankan tidak berangkat. Saya sendiri masih terus berdoa. Menunggu kepastian dari Arab Saudi sampai minggu depan. Sedih rasanya," ujarnya.

Para calon jamaah haji yang akan berangkat dari travel Euro-muslim dikenakan biaya sekitar 5.750 dolar AS serta harus memiliki kartu identitas yang berlaku di Belanda. Isdah mengaku sudah mulai ikhlas jika akhirnya tak jadi berangkat karena pandemi Covid-19. Namun, ia berharap masih bisa berangkat tahun depan jika situasi kembali normal. "Jadi, saya menunggu kepastian mengenai penyelenggaraan haji dari Pemerintah Arab Saudi," ujarnya.

Sumber: https://www.abc.net.au/indonesian/2020-06-05/dampak-tidak-berangkatnya-jemaah-haji-asal-indonesia/12321892

 

Berita terkait

Berita Lainnya