Penjualan Mobil Tahun Ini Diprediksi Hanya 400 Ribu Unit

Dalam kondisi normal,penjualan mobil diproyeksikan mencapai 1,1 juta unit.

ANTARA/Rivan Awal Lingga
Pekerja membersihkan lantai di Tunas Daihatsu, Tebet, Jakarta, Selasa (16/6/2020).
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Erwin Aksa menyebutkan proyeksi penjualan mobil tahun 2020 ini hanya mencapai 400.000 unit. Erwin menyebutkan bahwa berdasarkan laporan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo), penjualan mobil menurun hingga 63 persen.

Pandemi covid-19 menjadi alasan utamanya. Dalam keadaan normal penjualan mobil mencapai 1,1 juta unit mobil per tahun.

Baca Juga



"Proyeksi Indonesia biasanya menjual 1 juta mobil setiap tahun, kemungkinan besar penjualan mobil hanya 300 ribu sampai 400 ribu. Penjualan mobil maupun motor menjadi indikator bahwa masyarakat kita memiliki daya beli tinggal 5-10 persen," kata Erwin dalam webinar bertajuk "Ketahanan Sosial Ekonomi dalam Tatanan Normal Baru" di Jakarta, Kamis (18/6).

Erwin menjelaskan bahwa dalam keadaan normal, penjualan mobil rata-rata mencapai 100.000-120.000 unit per hari. Namun akibat dampak COVID-19, saat ini penjualan menurun menjadi tinggal 5 persen saja atau sekitar 6.000 unit per hari.

Ia mengatakan bahwa manufaktur dan otomotif menjadi sektor yang masuk dalam kategori yang paling terdampak di masa pandemi. Selain otomotif, sektor perhotelan juga terdampak dengan occupancy rate atau keterisian hotel anjlok tinggal 10 persen. Sebanyak 430.000 karyawan di sektor perhotelan pun terpaksa dirumahkan atau terkena PHK.

Dari catatan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), lebih dari 1.700 hotel melaporkan menutup usahanya. Industri lainnya yang dilaporkan mengalami penurunan omzet, yakni industri elektronik (GABEL) mencapai 60 persen; kemudian industri makanan dan minuman (GAPPMI) turun hingga 50 persen.

Industril retail atau berdasarkan Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) menyatakan bahwa hanya 50 persen dari tenant mall yang bisa membuka kembali setelah tutup 3 bulan.

Di sisi lain, ada sektor yang tidak terdampak (winner) atau justru mengalami pertumbuhan, yakni farmasi, makanan dan sembako, alat kesehatan dan telekomunikasi. Oleh karena itu, pelaku usaha diharapkan dapat melakukan transformasi usaha di era normal baru.

"Tranformasi usaha ke sektor 'winner' harus dilakukan oleh para pelaku usaha. Di sektor kesehatan, sudah banyak pelaku usaha melakukan diversifikasi usaha masuk ke sektor alat kesehatan dan lainnya," kata Erwin.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler