Pembelajaran Daring Bekal Penting Bagi Dosen dan Institusi
Dosen alami kesulitan yang sama atau tidak terbiasa dengan pembelajaran daring.
REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL -- Perkuliahan daring kemungkinan terus dilakukan karena Covid-19 belum mereda di Indonesia. Itu turut ditegaskan mendikbud yang menyatakan akan tetap melaksanakan pembelajaran daring pada semester baru mendatang.
Sejak perkuliahan berubah sistem menjadi daring selama tiga bulan terakhir, banyak mahasiswa keluhkan sistem perkuliahan yang juga dialami hampir semua mahasiswa di Indonesia. Misalnya, dosen yang cuma memberikan banyak tugas.
Lalu, minimnya umpan balik yang jelas setelah selesai belajar dari dosen. Namun, sebenarnya jika dilihat dari sisi berbeda, dosen alami kesulitan yang sama atau tidak terbiasa dengan pembelajaran daring penuh secara tiba-tiba.
Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr Gumawang Jati mengatakan, masalah lain yang muncul seperti dosen cuma terfokus ke alat atau aplikasi apa yang akan mereka gunakan untuk memfasilitasi mahasiswanya dalam belajar daring.
Gumawang berpendapat, pola pikir itu keliru. Dalam merancang bahan ajar daring, dosen tidak boleh hanya terpaku kepada alat-alat dan aplikasi-aplikasi yang akan digunakan, melainkan obyeknya yaitu mahasiswanya.
"Dosen harus tahu karakter mahasiswanya, aplikasi apa saja bisa digunakan asalkan bahan ajar yang sudah dirancang bisa mudah dipahami mahasiswa," kata Gumawang dalam webinar Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (26/6).
Tentu, bahan ajar tidak boleh hanya tugas yang diposting kemudian meminta mahasiswa mengumpulkan jawabannya tanpa ada interaksi. Ia menegaskan, yang membuat efektif bukan alatnya, tapi dosennya.
Gumawang sendiri sudah terapkan beberapa metode yang bisa diterapkan seperti membagi 80 mahasiswa jadi empat kelompok. Lalu, untuk mengaktifkan interaksi bereksperimen membuat semacam bincang-bincang.
Jadi, lanjut Gumawang, dari setiap kelompok dibuatkan dua tim. Satu tim menerangkan sesuatu dengan dirinya sebagai moderator, sedangkan satu tim lain menanggapinya melalui kolom komentar.
"Ini sedikit bisa membuat mahasiswa yang malu mengutarakan pendapat, dapat melakukannya melalui komentar," ujar Gumawang.
Kepala Divisi Pengembangan LPP UMY, Eko Purwanti menuturkan, prinsip dalam mengajar luring maupun daring harus ada persiapan. Harus terdapat interaksi dosen dan mahasiswa, serta harus ada umpan balik yang baik.
Tapi, memang harus lebih dipikirkan lagi hal-hal teknis yang jadi tantangan besar untuk para dosen. Untuk itu, UMY sendiri tidak cuma memberi pelatihan secara teori sebagai dukungan ke dosen untuk persiapkan diri pada semester mendatang.
"Untuk sekarang tidak ada alternatif lain selain pembelajaran daring," kata Eko.