BNI Telah Relaksasi Kredit UMKM Rp 26,4 Triliun

BNI fokus mengembangkan nasabah UMKM dengan layanan transaksi digital.

ANTARA/NOVA WAHYUDI
Seorang pria melintas di depan layar LED yang bertuliskan Peringatan Hari Lahir Pancasila di Menara BNI, Jakarta, Senin (1/6/2020). BNI turut serta memperingati Hari Lahir Pancasila yang jatuh setiap tanggal 1 Juni setiap tahunnya
Rep: Novita Intan Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk telah memberikan relaksasi kredit kepada 184.759 debitur segmen mikro dan kecil. Para debitur tersebut memiliki total outstanding pinjaman sebesar Rp 26,4 triliun yang dibantu fasilitas stimulus.

Baca Juga


Direktur Bisnis UMKM BNI Tambok P Setyawati mengatakan relaksasi yang diberikan ini sejalan dengan bisnis UMKM pada era new normal khususnya kalangan perbankan. Perseroan juga fokus dalam mengembangkan nasabah UMKM dengan layanan transaksi digital.

“Perseroan tidak hanya fokus dalam menyalurkan KUR saja, namun terus membantu nasabah UMKM agar tetap survive di tengah tekanan saat ini. Kami ingin memberikan stimulus bagi debitur terdampak Covid-19 seperti keringanan bunga, perpanjangan jangka waktu, dan penundaan angsuran pokok,” ujarnya kepada wartawan, Senin (29/6).

Dalam mendukung pelaku UMKM di tengah new normal, perseroan juga memberikan nilai tambah pada mitra binaan. Selain pinjaman KUR, perseroan juga melengkapinya dengan transaksi digital, baik berupa pemberian EDC maupun LinkAja.

Sementara Head of Region BNI Wilayah Jakarta Kota Muhammad Arafat menambahkan perseroan berupaya memajukan UMKM khususnya pada fase new normal saat ini.

“Kami terus mendukung kebutuhan operasional pelaku UMKM. Dengan transaksi digital, mereka bisa menjalankan aturan social dan physical distancing. Bahkan lebih mudah dalam penjualan online,” ucapnya.

Menurutnya saat ini transaksi digital dibutuhkan industri kreatif rumahan. Salah satunya nasabah BNI, Inge yang merupakan pemilik usaha Rollicious Cake. 

“Sejak awal merebaknya Covid-19, kami merasa khawatir dengan kelangsungan usahanya yang mengalami kelesuan. Namun, justru ternyata usaha yang digelutinya semakin berkembang. Pelaku usaha harus berinovasi mengikuti anjuran pemerintah dengan bertransaksi secara cashless,” ucapnya.

Arafat menyebut pelaku usaha dapat menerapkan protokol kesehatan juga karena dukungan teknologi perbankan. Hal ini merupakan kombinasi yang baik untuk menjaga omzet penjualan, terlebih dengan kekhawatiran masyarakat dalam berbelanja dan bertransaksi seperti saat ini. 

“Di saat pandemi, BNI mendampingi pelaku UMKM seperti saya hingga sekarang masuk fase New Normal. Semoga pelaku usaha seperti saya terus didukung perbankan,” ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler