Sidebar

Berkah yang Tersembunyi di Balik Pembatalan Haji

Tuesday, 30 Jun 2020 15:57 WIB
Berkah yang Tersembunyi di Balik Pembatalan Haji. Foto: Gerbang steril canggih untuk masuk ke Masjidil Haram.

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Pengumuman Kerajaan Arab Saudi yang menyebut pelaksanaan haji akan dilakukan terbatas hanya bagi mereka yang tinggal di wilayah tersebut membawa emosi yang campur aduk.


Ibadah Haji adalah pengalaman spiritual yang luar biasa bagi begitu banyak Muslim yang taat. Ziarah ke Makkah ini setiap tahunnya dihadiri oleh 2,5 juta orang dengan kegiatan keagamaan yang berlangsung satu minggu penuh.

Seorang dokter yang berada di garis depan National Health Service (NHS) UK dan berpengalaman menjadi relawan medis haji reguler menyebut peluang unik ini termasuk hal yang memilukan. Mohammedabbas Khaki, nama dokter tersebut, mengatakan ia tidak hanya melihat kehancuran yang dibawa Covid-19, tapi juga merasakan bagaimana wabah haji bisa menjadi bencana besar.

"Meski telah diberkati dengan kesempatan untuk mengikuti haji secara teratur, saya masih bersemangat untuk kembali pada tahun berikutnya," ujar Khaki dilansir di Independent, Selasa (30/6).

Ibadah haji baginya selalu menjadi pengalaman yang mengangkat spiritualitasnya. Bertemu sesama peziarah dari seluruh dunia, mengenakan jubah putih yang menjadi simbol kerendahan hati, serta melakukan ritual yang sama dalam pertunjukan besar persatuan, merupakan hal yang tak bisa dilewatkan.

Namun, di situlah letak permasalahnya. Dengan hadirnya jamaah dari seluruh penjuru dunia, berdampingan dan menghirup udara yang sama di tempat-tempat yang tertutup rapat, seorang peziarah yang membawa Covid-19 akan menjadi resep sukses datangnya bencana.

Khaki menyebut selain membawa rasa yang menggembirakan dan membangkitkan semangat, ibadah haji juga membawa tantangan. Jadwal yang melelahkan, kurang tidur, serta jarak yang dekat dengan  begitu banyak peziarah dari seluruh dunia memberikan semburan yang sempurna untuk menularkan infeksi virus.

"Batuk haji" merupakan infeksi saluran pernapasan bagian atas yang kering. Infeksi ini diakibatkan penyebaran banyak virus dari lokasi berbeda di seluruh dunia. Hal ini merupakan fenomena nyata.

"Saya sering meresepkan beberapa dosis antibiotik dengan dosis kuat dan meminta jamaah istirahat total. Bahkan, terkadang ini tidak cukup. Beberapa pasien memerlukan rawat inap, ventilasi yang baik dan pemantauan ketat," lanjutnya.

Bagi petugas medis, ia menyebut pelaksanaan haji merupakan waktu yang sangat sibuk di saat-saat terbaik. Saudi telah melakukan upaya luar biasa untuk memfasilitasi peziarah, meski dalam kenyataannya masih sangat menantang.

Menunggu ambulan tiba seringnya menjadi hal yang sia-sia. Lebih dari sekali Khaki menyebut ia harus menavigasi kerumunan puluhan ribu orang untuk membawa satu jamaah yang sakit kritis ke fasilitas darurat terdekat.

Fasilitas-fasilitas ini juga sering kewalahan. Banyak kelompok tidak memiliki dukungan medis dan sangat bergantung pada layanan lokal untuk membantu para peziarah yang lanjut usia atau sakit parah yang jatuh sakit.

Di luar Kawasan Suci, Haji juga merupakan urusan sosial yang besar. Kesempatan untuk bertemu dan menghabiskan waktu dengan saudara-saudari seiman dari seluruh dunia adalah waktu yang istimewa. Sementara menghadirkan Covid-19 dalam skenario ini bukan hal yang tepat untuk dipikirkan.

"Itu sebabnya, setelah hampir satu dekade sebagai dokter sukarela merawat 150 kelompok dan berpartisipasi dalam kamp untuk 50.000 hingga 60.000 peziarah selama masa tersibuk, saya merasa sedih untuk mengatakan pembatasan haji tahun ini adalah keputusan yang tepat," kata Khaki.

Bagi 2,5 juta jamaah, ibadah haji lebih dari sebuah kewajiban. Ziarah ini membawa pengalaman yang sangat emosional, membangkitkan semangat dan transformatif, mewakili puncak spiritual dari iman mereka.

Sangat disayangkan, untuk tahun ini banyak umat Muslim yang melewatkan pengalaman tersebut. Namun perlu diperhatikan jika Arab Saudi saat ini menjadi salah satu negara dengan wabah Covid-19 terbesar di Timur Tengah.

Lebih dari 161.000 kasus dinyatakan positif infeksi dengan lebih dari 1.300 kematian. Kondisi ini menggoda hadirnya potensi penyebaran global.

Membatasi jumlah jamaah haji juga masuk akal untuk sejumlah alasan logistik. Upaya yang perlu dilakukan organisasi sangat besar, termasuk langkah-langkah untuk melindungi jamaah atas Covid-19. Pelaksanaan haji 2020 tahun ini sangat sulit.

Dengan hadirnya hampir semua warga negara, peluang haji menjadi pusat infeksi global Covid-19 akan sangat besar. Langkah-langkah ketat harus diambil oleh negara-negara untuk mencegah penyebaran wabah dan bencana hubungan masyarakat yang potensial.

Dalam posisi berimbang, pembatasan haji tampaknya menjadi solusi yang dapat diterima semua pihak terkait.  Dan pada akhirnya, kebijaksanaan Nabi Muhammad SAW telah memberi penghiburan bagi banyak Muslim.

Ada satu nasihat-Nya yang diingat dan dibagikan secara luas pada saat ini, "Jika Anda mendengar wabah wabah di suatu negeri, jangan memasukinya, tetapi jika wabah itu pecah di suatu tempat ketika Anda berada di dalamnya, jangan tinggalkan tempat itu".

Terakhir, Khaki menyebut mematuhi panggilan Nabi Muhammad SAW untuk naik haji 1400 tahun yang lalu adalah prioritas. Namun dalam kondisi saat ini, nasihatnya tentang kesehatan dan keselamatan sama pentingnya. 

Sumber: https://www.independent.co.uk/voices/hajj-cancelled-saudi-arabia-mecca-pilgrimage-coronavirus-outbreak-a9591031.html

Berita terkait

Berita Lainnya