Kemenperin Dukung Pengembangan Kawasan Industri Batang

Kawasan Industri Batang akan menjadi tempat relokasi pabrik dari China ke Indonesia

ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Presiden Joko Widodo (empat kanan) didampingi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia (lima kiri), Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir (tiga kanan), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (empat kiri) dan jajaran menteri lainnya berbincang saat peninjauan Kawasan Industri Terpadu Batang dan Relokasi Investasi Asing ke Indonesia di Kedawung, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (30/6/2020). Dalam kunjungan tersebut, Presiden meninjau kesiapan pengembangan Kawasan Industri Terpadu Batang dengan luas lahan sekitar 4.000 hektare yang terintegrasi dengan jalan tol, stasiun, pelabuhan, dengan terdapat beberapa investor diantaranya dari negara Tiongkok, China, Jepang, Korea, Taiwan, dan Amerika dengan tujuan untuk membuka lapangan pekerjaan. ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/hp.
Rep: Iit Septyaningsih Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendukung akselerasi pengembangan kawasan industri di Batang, Jawa Tengah. Hal ini guna menangkap peluang masuknya investasi potensial ke tanah air dari sejumlah sektor industri yang ingin merelokasi pabriknya dari China.

“Kami melihat, kawasan industri di Batang ini memiliki lokasi strategis. Secara geografis, akses Kabupaten Batang dekat dengan Kota Semarang yang memiliki Bandara Internasional Ahmad Yani,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melalui keterangan resmi pada Selasa, (30/6).

Ia menegaskan, pihaknya akan mendorong pengelola kawasan industri agar dapat melengkapi fasilitasnya. Termasuk infrastruktur pasokan energi dan akses logistik. Itu dinilai akan menjadi daya tarik bagi investor karena terciptanya area terintegrasi.

“Pemerintah tengah berdiskusi dengan sejumlah investor dan berusaha mengakomodasi apa saja yang dibutuhkan mereka. Tentunya pemerintah ingin menciptakan iklim usaha yang kondusif, mulai dari memberikan kemudahan izin usaha hingga menawarkan insentif fiskal dan nonfiskal,” ujar Agus.

Beberapa perusahaan multinasional yang akan merelokasi pabriknya dari China ke Indonesia, kata dia, di antaranya berasal dari Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Amerika Serikat. Saat ini, terdapat tujuh perusahaan yang sudah memastikan bakal merelokasi usahanya ke Indonesia.

Diperkirakan relokasi tersebut akan mendatangkan nilai investasi sebesar 850 juta dolar AS. Sekaligus mampu menyerap 30 ribu tenaga kerja lokal.
 
Bidang usaha perusahaan yang akan relokasi tersebut meliputi industri elektronika, audio dan video, lampu dengan tenaga surya, hingga suku cadang kendaraan bermotor yang semuanya berorientasi ekspor. Selain itu, terdapat 17 perusahaan lain yang menyatakan komitmen untuk melakukan relokasi atau diversifikasi usaha mereka ke Indonesia, dengan proyeksi total nilai investasi sebesar 37 miliar dolar AS dan menyerap tenaga kerja mencapai 112 ribu orang.

Salah satu investor potensial tersebut adalah LG Chemical, yang ingin menggelontorkan dananya hingga 8 miliar dolar AS, dengan potensi penyerapan kerja sebanyak 14 000 ribu orang. Perusahaan lainnya, yakni PT Meiloon Technology Indonesia, PT Sagami Indonesia, PT CDS Asia (Alpan), PT Kenda Rubber Indonesia, PT Denso Indonesia, dan PT Panasonic Manufacturing Indonesia.

“Selama ini aktivitas industri memberikan multiplier effect luas bagi perekonomian nasional. Salah satunya penyerapan tenaga kerja,” jelasnya.

Baca Juga


Di samping itu, dengan membuktikan peran besarnya sebagai tulang punggung bagi pertumbuhan ekonomi, sektor industri mampu meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri serta penyumbang devisa secara signifikan dari ekspor dan pajak.

“Dari data yang kami rangkum, sudah ada sekitar 150 perusahaan yang akan hengkang dari China. Dari jumlah tersebut, 110 perusahaan berasal dari Amerika Serikat dan 40 lainnya berasal dari Jepang. Ini tentu sebuah potensi yang harus kita tangkap dan harus betul-betul siap,” tandasnya.

Lebih lanjut, menurut Agus, Indonesia sudah mempunyai insentif fiskal yang dapat menarik minat investor, seperti tax holiday, tax allowance, hingga super deduction tax. Oleh karena itu, Agus optimistis, Indonesia masih menjadi salah satu negara tujuan utama investasi di kawasan ASEAN.

“Negara ASEAN lainnya pasti berlomba-lomba menggelar karpet merah untuk 150 perusahaan itu, termasuk India dan Bangladesh,” ujarnya.

Pengembangan kawasan Industri Batang berada di areal N 9 atau PTPN IX Siluwok dengan luas sekitar 4.300 hektare (ha). Keunggulan kawasan ini, di antaranya akses rel kereta api, pelabuhan, dan sejajar dengan Tol Trans Jawa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler