Mentan: Kalau Perlu, Riset Antivirus Eucalyptus Dihentikan

Riset potensi tanaman obat Indonesia dalam konteks masa pandemi sesuai ranah kerja

Kementan
Ketua IDI Daeng Muhammad Faqih dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Kementerian Pertanian (Kementan) menjajaki kerjasama kolaborasi dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dalam pengembangan inovasi produk aromaterapi berbahan dasar tanaman eucalyptus. Kerjasama ini dilakukan untuk pengembangan penelitian menuju tahapan uji klinis kepada pasien yang terpapar virus.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menuturkan riset terkait potensi eucalyptus untuk menjadi antivirus corona sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Pertanian (Kementan). Namun, ia menyampaikan akan menghentikan riset tersebut jika tidak mendapatkan dukungan.

"Khusus eucalyptus, kalau dibilang berhentikan saya berhentikan," kata Syahrul dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR, Selasa (7/7).

Syahrul mengatakan, Kementan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian memiliki Balai Besar Penelitian Veteriner. Balai tersebut memiliki unit Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah. Oleh karena itu, riset terkait potensi tanaman obat dan rempah di Indonesia dalam konteks masa pandemi Covid-19 sesuai dengan ranah kerja.

Ia menilai tidak pernah memberikan keterangan khusus terkait kalung antivirus eucalyptus yang akhirnya menjadi viral di media sosial. Oleh karena itu, kata Syahrul, pihaknya juga berkewajiban untuk melakukan pembelaan para jajarannya, khususnya para peneliti di Kementan.

"Kalau didukung, saya jalan terus," kata Syahrul.

Menanggapi itu, Ketua Komisi IV DPR, Sudin, mempersilakan Kementerian Pertanian untuk melanjutkan upaya lanjutan untuk mencari antivirus corona dengan tanaman eucalyptus di Indonesia. Hanya saja, ia meminta agar untuk urusan produksi massal tidak menggunakan APBN.

"Selama tidak pakai uang APBN, silakan. Tapi kalau pakai APBN saya tidak mau. Apa jadinya nanti kalau gagal? Pak Menteri dan saya juga yang kena," kata Sudin.

Ia menambahkan, lebih baik Kementan memprioritaskan untuk mencari vaksi demam babi afrika (ASF). Sebab hal itu menurut Sudin lebih sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsi Kementerian Pertanian. Terlebih lagi, virus ASF kian hari makin menyebar dan belum ditemukan vaksinnya.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler