In Picture: Mengembalikan Harimau Sumatera di Taman Nasional Leuser
REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG LEUSER -- Malam masih gelap gulita, jam dinding menunjukkan pukul 02.00 wib pagi, tim BKSDA Aceh bersama Forum Konservasi Leuser (FKL), Wildlife Conservation Society (WCS), Pusat Kajian Satwa Liar (PKSL) Unsyiah, BBTNGL, kepolisian dan masyarakat setempat bergerak menuju lokasi pelepasliaran harimau Sumatera di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).
Sebelumnya satu individu harimau Sumatra berjenis kelamin betina diberi nama Ida tersebut dievakuasi di Desa Jambo Dalem, Kecamatan Trumon Timur, Kabupaten Aceh Selatan setelah masuk perangkap pada Senin (15/6/). Pemberian nama ini diambil dari nama dusun dimana harimau Sumatra itu diselamatkan.
Pada Sabtu (20/06) pagi tim bergerak dari CRU Naca menuju Desa Gelombang, Kecamatan Sulthan Daulat, Kota Subulussalam menggunakan perahu dalam membawa si belang menuju ke titik lokasi tempat pelepasliaran.
Derasnya sungai Lawe Alas tak menyurutkan niat para penyelamat untuk menyelesaikan misi tersebut, selama 4 jam tim BKSDA Aceh bersama pihak terkait harus menempuh jalur trasportasi sungai untuk menuju ke lokasi titik pelepasliaran yang berada di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).
Harimau Sumatra merupakan salah satu satwa kunci dalam menjaga keberlangsungan ekosistem hutan, namun perusakan habitat si raja hutan membuat satwa ganas itu makin terdesak dan akibatnya bermunculan sejumlah konflik harimau dan manusia.
Menurut data BKSDA Aceh konflik harimau Sumatra dengan manusia setiap tahun terjadi di Provinsi Aceh akibat perusakan hutan serta meningkatnya perburuan terhadap satwa dilindungi itu. Sejak 2017 sampai pertengahan 2020, tercatat 46 kasus konflik manusia dengan harimau yang terjadi di Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Timur, Aceh Utara, Bener Meriah, Aceh Tenggara, Aceh Barat, dan Kota Subulussalam.
Sementara dalam tahun 2020, terhitung sejak Januari sampai pertengahan Juni, BKSDA Aceh dan lembaga terkait telah menangkap dan melepasliarkan dua individu harimau Sumatra ke Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang berdampingan dengan Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).
Konflik harimau Sumatra dengan manusia ke depan diperkirakan masih terus terjadi selama pembabatan hutan terus berlangsung.